Ilmu Sosial yang Islami

Ilmu Sosial yang Islami

Penulis:
M. MIRWAN, S.Pd
CEO Porospro.com


MEMBAHAS ilmu sosial secara Islami berarti kita menggali hubungan antara kedua unsur. Sebelumnya, kita harus memahami terlebih dahulu tentang hubungan agama itu sendiri dengan ilmu pengetahuan sosial. Sebagian generasi yang berkomitmen dengan ajaran Islam, tampaknya terlalu disibukkan dengan hanya mempelajari ilmu agama dan ilmu pelajaran. Sementara mereka lupa mengkaji realitas hidup mereka yang sesungguhnya.

Dr Raghib As-Sirjani mengatakan dalam bukunya “Menjadi Pemuda Peka Zaman” bahwa sangat mustahil mengubah kondisi umat ini, kecuali jika kita benar-benar mengetahui realitas hidup mereka yang sesungguhnya. Maksudnya, realitas hidup yang bukan hanya sebatas kondisi sekolah dan kampus, serta bukan hanya sebatas kondisi negara yang kita tempati. Namun yang dimaksud disini adalah realitas umat Islam secara keseluruhan, kondisi mengenai dunia ini.

Seseorang yang ingin melakukan perubahan, tidak akan konsisten dengan tujuannya jika tak punya kepedulian untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dilalui umat dan kondisi lingkungan masyarakat sekitarnya. Seyogianya, seorang muslim melihat dunia ini secara integral dan universal. Tentu saja dengan cara melihat khalayak di sekitarnya sehingga dapat mengetahui antara posisi diri sendir dengan orang lain, bahkan juga mengetahui berbagai perangkat yang diperlukan realitas dalam menjalani hidup.

Dengan demikian, seorang generasi yang cerdas, paham, dan matang, mesti mengikuti berita dunia dengan seluruh kondisi secara teratur dan rutin. Tidak cukup pada satu sisi, namun mampu mengkaji beragam kondisi seperti politik, ekonomi, sosial itu sendiri, serta perubahan-perubahan mendasar yang terjadi pada masa hidup ini. Disamping itu juga harus aktif mendengar informasi internal sehingga mengetahui beberapa pendapat orang, lalu mendiskusikannya, menganalisis, bertanya, hingga akhirnya menyimpulkan hasil akhir. Dengan begini, generasi yang bersosial benar-benar respek dengan realitas hidup dan realitas agama.

Kondisi dunia saat ini sebenarnya sudah dijabarkan Prof H Abuddin Nata melalui bukunya “Metodologi Studi Islam”. Dimana, ketika tengah memasuki era globalisasi terdapat dua sisi yakni dampak negatif dan positif. Diantara dampak negatif adalah terjadi dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi, dan sebagainya. Sedangkan dampak positif seperti terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan, baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun psikologi.

Perlu disadari, mayoritas orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi tersebut sebagai keutuhan manusia ingin tetap terpelihara dengan baik, dan ilmu pengetahuan sosial diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif yang strategis bagi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi tersebut.

Namun demikian, ilmu pengetahuan sosial yang ada sekarang ini dinilai sudah mulai kewalahan, bahkan nyaris gagal dalam ikut serta memberikan kerangka pemecahan masalah sosial yang timbul. Hal itu bisa saja disebabkan karena dasar-dasar dan prinsip yang dijadikan landasan dalam ilmu pengetahuan sosial , tentu saja yang berasal dari filsafat barat yang bertumpu pada logika rasional dan cara berpikir empirik.

Untuk mengatasinya, agama diharapkan dapat memberikan arahan dan perspektif baru. Sehingga, kehadiran agama dapat dirasakan manfaat bagi para penganutnya. Bertolak dari pembahasan tersebut, maka sedikit dipaparkan pandangan Islam soal kepedulian terhadap masalah sosial, terutama mengintip bagaimana ilmu sosial yang bernuansa Islami.

Sampai hari ini, ilmu sosial tengan mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Untuk itu, tentu membutuhkan ilmu sosial yang tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial saja, tetapi dapat memecahkan secara maksimal.

Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya “Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi” bahwa semua elemen membutuhkan ilmu sosial profetik. Artinya, menjalankan ilmu sosial tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa.

Ilmu sosial yang dimaksud adalah mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu. Perubahan tersebut didasari pada tiga hal, pertama tentu saja cita-cita kemanusiaan itu sendiri, kedua liberasi, dan yang ketiga transendensi.

Jangan bingung! Mari kita jabarkan satu-persatu. Tujuan pertama, bagaimana cara memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi. Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan manusia sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan. Kita menjadi objektivasi ketika berada di tengah-tengah mesin politik dan pasar, melihat manusia reduksionistik dengan cara parsial. Manusia telah menjadi bagian dari sekrup mesin kehidupan yang tidak lagi menyadari keberadaannya secara utuh.

Sementara itu, tujuan liberasi merupakan pembebasan manusia dari kungkungan teknologi, pemerasan kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri.

Selanjutnya, tujuan dari transendensi untuk menumbuhkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, materialisme, dan budaya dekaden lainnya. Jadi, kini yang harus dilakukan adalah membersihkan diri dengan mengikatkan kembali kehidupan pada dimensi transendentalnya. Dalam hal ini, tentu saja kita ingin agar rahmat Tuhan menyertai hidup kita, terlepas dari dimensi ruang dan waktu pada saat kita berserah diri kepada kebesaran Tuhan.

Dengan ilmu sosial profetik ini, kita ingin melakukan reorientasi terhadap epistemologi, orientasi terhadap mode of thought dan mode of inquirity, yaitu suatu pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari raso dan empiri sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi tetapi juga dari wahyu.

Ilmu sosial yang demikian, maka umat Islam akan dapat meluruskan gerak langkah berkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal lainnya yang saat ini banyak mewarnai kehidupan.

Jika dirincikan, terdapat beberapa hal yang harus diingat, diantaranya seperti fenomena kerusuhan, tindakan kriminal, pemerkosaan, bencana Karhutla, laka lantas yang menelan banyak nyawa manusia, penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang, penyimpangan sosial, tindakan nekad, perampasan hak-hak asasi manusia, dan masalah sosial lainya yang terus berkembang, secara sosiologis bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Semua itu merupakan produk sistem dan pola pikir, pandangan yang dekaden, dan sebagainya.

Pemecahan terhadap masalah tersebut salah satu alternatifnya adalah dengan memberikan nuansa keagamaan pada ilmu sosial yang yang disebut Kuntowijoyo dengan sebutan ilmu sosial yang profetik. Dengan demikian, kita siap menyongsong era globalisasi yang sudah dapat kita rasakan dalam sehari-hari. Wallahu a'lam bish-shawab...