Porospro.com - Penularan virus corona jenis baru selama ini diketahui menular lewat partikel yang sarat virus dan terhirup oleh orang lain. Atau saat seseorang bersentuhan dengan sel-sel yang melapisi tenggorokan dan laring.
Hanya saja, mengapa seseorang yang terinfeksi virus ini ada yang tak bergejala dan masih sehat-sehat saja? Di sisi lain, banyak juga pasien yang bisa sampai meninggal dunia.
Sel-sel virus corona memiliki sejumlah besar reseptor yang dikenal sebagai reseptor Ace-2 pada permukaannya. Para ahli virus dunia menjelaskan karakter virus corona yang ganas dan mutasinya yang tak bisa ditebak.
“Virus ini memiliki protein permukaan yang siap untuk mengunci reseptor itu dan menyelipkan RNA ke dalam sel,” kata ahli virologi Profesor Jonathan Ball dari Universitas Nottingham seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (6/5/2020).
Begitu masuk, RNA menyelipkan dirinya ke mesin replikasi sel sendiri dan membuat banyak salinan virus.
Sehingga meledak keluar dari sel, dan infeksi menyebar. Antibodi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh pada akhirnya menghalau virus.
“Infeksi Covid-19 umumnya ringan. Banyak orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka terkena infeksi, jadi tetap pergi ke tempat kerja dan supermarket lalu menginfeksi orang lain,” katanya.
Sebaliknya, SARS yang juga disebabkan oleh Coronavirus membuat pasien jauh lebih sakit dan membunuh sekitar satu dari 10 yang terinfeksi. Dalam kebanyakan kasus, pasien-pasien ini dirawat di rumah sakit.
Hanya saja, kadang-kadang, virus corona dapat menyebabkan masalah parah. Kondisi itu terjadi ketika virus ini mulai bergerak menuruni saluran pernapasan dan menginfeksi paru-paru, ke dalam sel dengan reseptor Ace-2.
Banyak dari sel-sel ini dihancurkan, dan paru-paru menjadi padat dengan potongan-potongan sel yang rusak. Dalam kasus ini, pasien akan memerlukan perawatan intensif.
Lebih buruk lagi, dalam beberapa kasus, sistem kekebalan seseorang mengalami overdrive, menarik sel ke paru-paru untuk menyerang virus, yang mengakibatkan peradangan.
Proses ini dapat berjalan di luar kendali, lebih banyak sel-sel kekebalan masuk, dan peradangan semakin memburuk. Ini dikenal sebagai badai sitokin. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat membunuh pasien.
Satu kemungkinan adalah bahwa sebagian orang mungkin memiliki versi reseptor Ace-2 yang sedikit lebih rentan terhadap serangan dari Coronavirus.
Dokter yang memeriksa pasien yang pulih dari infeksi Covid-19 menemukan tingkat antibodi penawar yang cukup tinggi dalam darah mereka.
Antibodi ini dibuat oleh sistem kekebalan tubuh, dan melapisi virus yang menyerang pada titik-titik tertentu, menghalangi kemampuannya untuk masuk ke dalam sel. Maka seseorang yang sudah terinfeksi, bisa saja kebal tapi itu tak berlangsung seumur hidup.
“Dan antibodi yang diciptakan oleh respons itu akan memberikan perlindungan terhadap infeksi di masa depan tetapi kita harus mencatat bahwa kemungkinan perlindungan ini tidak akan seumur hidup,” kata ahli virus Mike Skinner dari Imperial College London.
Sebaliknya, sebagian besar ahli virus percaya bahwa kekebalan terhadap Covid-19 hanya akan bertahan satu atau dua tahun.
“Itu sejalan dengan Coronavirus lain yang bisa menginfeksi manusia. Pada akhirnya, itu akan menjadi modal pengembangan dan peluncuran vaksin yang efektif yang akan membebaskan kita dari ancaman Covid-19,” kata Skinner.
Sumber: Jawapos.com