Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Reteh Tahun 2022-2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Reteh Tahun 2022-2024

porospro.com, - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita (bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehamilan, kemudian setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun yang disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). (17/09/24) 

Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dan semua pihak karena periode ini menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. 

Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK. Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis Pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2021 Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan lokasi Fokus (Lokus) untuk tahun 2022, 40 Desa/Kelurahan. Rembuk stunting tersebut dilakukan di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan lokus. 

Sehingga diketahui permasalahan dan pemecahan masalah masing-masing Desa/Kelurahan lokus di Kabupaten Indragiri Hilir. Berikut Grafik prevalensi stunting tahun 2022, 2023, 2024 Kecamatan Reteh: 

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan balita stunting di Kecamatan Reteh. Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Reteh guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain:

  1. Koordinasi dengan lintas sektor mengenai penganan Stunting
  2. Penyuluhan, sosialisasi ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
  3. Kelas Ibu hamil
  4. Kelas Ibu Balita
  5. Pemberian Tablet Tambah Darah bagi remaja putri
  6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

 

  1. Faktor determinan yang memerlukan perhatian di Kecamatan Reteh

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi balita adalah: 

  1. Faktor Lingkungan

Wilayah Kecamatan Reteh di dominasi oleh perairan, mengakibatkan rumah-rumah yang di sekitaran sungai kesulitan untuk memiliki jamban sehat. Bukan hanya jamban, masyarakat juga kesulitan dalam mengakses air bersih. Selain ketersediaan air dan jamban sehat, perilaku atau kebiasaan buang air besar sembarangan dan membuang sampah ke sungai  yang sulit diubah.

  1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya stunting, masih ada ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar, masih ada bayi/balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Oleh Karena itu akan dilakukan aksi stunting ABCDE :

 1) Aktif minum Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dan Ibu Hamil serta di anjurkan juga untuk calon pengantin

 2) Bumil teratus pemeriksaan kehamilan 

3) Cukupi konsumsi protein hewani 

4) Datang ke Posyandu setiap bulan

 5) Ekslusif ASI 6 bulan

Kesehatan Reproduksi

Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut Pemerintah pada pernikahan dini adalah melakukan MOU dengan Pengadilan Agama, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan memberikaan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD.

 

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Masih rendahnya masyarakat ber PHBS 

1) Persalinan masih ada ditolong dukun dan tidak di fasilitas kesehatan dan 

2) Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak memberikan ASI Ekslusif.

 

Perilaku kunci rumah tangga 1.000 HPK YANG MASIH BERMASALAH DI Kecamatan Reteh

Dari hasil monitoring pelayanan Ibu Hamil, PHBS Rumah Tangga, dan pola asuh pada balita masih membutuhkan pembinaan berupa:

Pemberian PMT pada bumil KEK, balita gizi kurang, gizi buruk dan Stunting

Pemberian susu bagi balita gizi kurang

Kelompok Sasaran Beresiko di Kecamatan Reteh

Kelompok beresiko Stunting yang perlu mendapatkan perhatian lebih diantaranya Remaja Putri, CATIN, Ibu Hamil, Bayi dan Bawah dua tahun ( BADUTA). Mempersiapkan remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu  dengan memberikan TTD dan menjadi calon pengantin pada usia idealnya, agar nantinya hamil dalam keadaan sehat dan melahirkan bayi yang sehat juga. Bayi yang lahir juga harus mendapatkan IMD dan Asi Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.