Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Kuala Indragiri Tahun 2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Kuala Indragiri Tahun 2024

porospro.com, - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehamilan, kemudian setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun yang disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). (17/09/24) 

Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dan semua pihak karena periode ini menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK. 

Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis Pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2023 Pemerintah Kecamatan Kuala Indragiri telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan lokasi Fokus (Lokus) untuk tahun 2024, 1 Desa/Kelurahan.

Rembuk stunting tersebut dilakukan di  Kecamatan dan Desa/Kelurahan lokus. Sehingga diketahui permasalahan dan pemecahan masalah masing-masing Desa/Kelurahan lokus di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sapat. Berikut  Grafik prevalensi stunting tahun 2022, 2023 dan 2024 Kecamatan Kuala Indragiri :

Grafik Data Stunting di Wilayah  Kerja UPT Puskesmas Sapat  Kecamatan  Kuala Indragiri Tahun 2022, 2023 dan 2024.

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita stunting di Kecamatan Kuala Indragiri di tahun  2022 : 19, 2023 : 12. Akan tetapi di tahun 2024 terjadi peningkatan kembali mecapai : 22. Namun dari 1 Kelurahan 7 Desa, ada 4 Desa yang mengalami peningkatan kasus stunting. 

Peningkatan prevalensi stunting yaitu Kelurahan Sapat, Desa Teluk Dalam, Desa Sungai Piyai, dan Desa Sungai Buluh. Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kecamatan Kuala Indragiri. Namun belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam menangani kasus stunting di Kecamatan Kuala Indragiri

 

Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :

  1. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting
  2. Penyuluhan, sosialisasi ASI Ekslusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Gemar Makan Ikan (GEMARIKAN)
  3. Pendidikan gizi untuk ibu hamil
  4. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri
  5. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
  6. Program penyehatan lingkungan
  7. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi
  8. Orang Tua Asuh Stunting

 

 

Pemerintah Kecamatan Kuala Indragiri menciptakan program inovasi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting yaitu “GERAKAN SATU HATI” (GSH) jilid I dan II dimulai dari gerakan seluruh TP. PKK Kecamatan sampai ketingkat Desa/Kelurahan. Gerakan ini merupakan gerakan bersama dengan melibatkan seluruh ASN,  Swasta, LSM dan Organisasi untuk berdonasi. Alhamdulillah gerakan ini dapat menurunkan prevalensi stunting, balita gizi buruk dan gizi kurang di Kecamatan Kuala Indragiri.

 

  1. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian di Kecamatan Kuala Indragiri

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta adalah :

Faktor lingkungan

 

Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih, belum memiliki jamban sehat. Selain dari segi

ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah dari 22 keluarga balita stunting yang di survei 22 Keluarga buang air besar sembarangan, 10  keluarga sanitasi tidak layak dan  hanya 3 keluarga memiliki sumber air minum bersih.

 

Pelayanan Kesehatan

 

Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya stunting, masih ada ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar, masih ada bayi/balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Oleh Karena itu akan dilakukan aksi stunting ABCDE :

Aktif minum Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dan Ibu Hamil serta di anjurkan juga untuk calon pengantin

Bumil teratus pemeriksaan kehamilan

Cukupi konsumsi protein hewani

Datang ke Posyandu setiap bulan

Ekslusif ASI 6 bulan

Kesehatan  Reproduksi

Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut Pemerintah pada pernikahan dini adalah melakukan MOU dengan Pengadilan Agama, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan memberikan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD.

Berdasarkan hasil survei kepada keluarga balita stunting 22, pada saat kehamilan ibu mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). KEK pada ibu hamil berisiko mengakibatkan bayi yang dilahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berat badan kurang dari 2500 gram dan berisiko stunting.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Masih rendahnya masyarakat ber PHBS

Persalinan masih ada ditolong dukun dan  tidak di fasilitas kesehatan 

Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak memberikan ASI Ekslusif.

Balita rutin ditimbang merupakan indikator PHBS di Rumah Tangga. Penimbangan dan pengukuran panjang/tinggi badan dapat dilakukan di Posyandu, namun kami dapatkan data survei balita yang melakukan kunjungan posyandu rutin setiap bulan hanya 59 %

Tidak merokok merupakan salah satu indikator PHBS di rumah tangga, dari 22 keluarga balita stunting yang di survei 22 Keluarga mendapatkan paparan asap rokok dikarenakan orangtua yang merokok.

Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah di Kabupaten Indragiri Hilir

Tim pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi Kabupaten Indragiri Hilir bersama dengan Puskesmas telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi di Desa/Kelurahan. Dari hasil monitoring menunjukkan pelayanan ibu hamil, pola asuh balita, dan PHBS masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan berupa :

  1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK dan anemia, bayi dan balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting
  2. Pemberian nutrisi tambahan melalui kegiatan inovasi GSH yaitu pemberian susu infantrini untuk bayi dan nutrisi drink untuk balita.
  3. Orang Tua Asuh yang membantu ibu hamil KEK dan Balita stunting

Dengan adanya penanganan tersebut di atas menunjukkan terjadinya penurunan kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia.

  1. Kelompok Sasaran Beresiko di Kecamatan Kuala Indragiri

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia bawah dua tahun (Baduta). Mempersiapkan remaja putri untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga pada saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat, berperilaku sehat dan bayi dalam kandungan lahir dengan selamat, sehat serta cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk dilakukan IMD, mendapatkan ASI ekslusif, pemberian makan pada bayi dan anak yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal.

Pemerintah Kecamatan Kuala Indragiri sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus balita stunting, melalui konvergensi pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.