Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Pulau Burung Tahun 2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Pulau Burung Tahun 2024

Porospro.com, - Stunting adalah suatu kondisi gangguan tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat
kekurang gizi kronis dalam waktu yang lama sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan
anak seusianya atau dapat dikatakan pendek. Kejadian stunting memberikan dampak yang
tidak baik bagi balita. (19/09/24). 

Dampak stunting jangka pendek berupa perkembangan fisik dan mental terganggu, kecerdasan menurun hingga masalah metabolisme. Sedangkan dampak stunting jangka panjang berupa menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya daya tahan tubuh
sehingga tubuh rentan terserang penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kanker, stroke serta ada hambatan dalam beraktivitas secara normal.
Stunting pada balita dipengaruhi oleh beberapa mulai dari ibu hamil mengalami (kekurangan energi kronis), kecukupan lama kehamilan (37-40 minggu) dan pemberian
ASI Eksklusif. 

Selama pemberian MPASI kecukupan mikronutrien Selain, faktor lingkungan juga menjadi salah satu pencetus kejadian stunting. Kondisi lingkungan
yang tidak sehat seperti tidak tersedianya jamban keluarga atau tidak tersedianya akses air
bersih. Pengetahuan orangtua juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting.

Berdasarkan data di Puskesmas Pulau Burung terjadi penurunan tren kejadian stunting dimana tahun 2023 terdapat 20 balita terindikasi stunting dan pada tahun 2024 terdapat 10
anak balita. Balita yang terindikasi stunting dengan kisaran umur 1-4 tahun dan berjenis kelamin 6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. 

Selain data tersebut ada beberapa data pendukung lainnya yang sudah di kumpulkan yang menjadi salah satu factor pemicu kejadian
stunting antara lain:

1. Usia Kehamilan

Normalnya usia kehamilan ibu berkisar antara 37-40 minggu. Tidak terpenuhinya lama masa

kehamilan berkaitan dengan kecukupan asupan nutrisi selama kehamilan. Selain itu,

beberapa penelitian menyebutkan bahwa bayi yang lahir secara prematur memiliki beresiko

kesehatan karena organ tubuhnya belum sempurna. Data usia kehamilan ibu dapat dilihat

dari tabel di bawah ini :

2. KEK (Kekurangan Energi Kronis)

KEK (kekurangan energi kronis) pada ibu hamil ditandai dengan ukuran lingkar lengan < 23.5 cm. KEK

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting karena ibu hamil tidak mendapatkan

asupan energi yang mencukupi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sebanyak

3. Asi Eksklusif

ASI Eksklusif diberikan kepada bayi sejak lahir sampai dengan usia 2 tahun. Pentingnya pemberian ASI

Eksklusif dapat membantu mencegah infeksi saluran pernafasan, diare, otitis media dan penyakit

lainnya pada bayi. Jumlah ibu yang memebrikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang dan 9 orang ibu tidak

memberikan ASI eksklusif.

4. MPASI

MPASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan.

Pemberian MPASI dinilai penting karena bayi usia 6 bulan ke atas membutuhkan tambahan

energi, protein dan zat besi yang tidak cukup diperoleh hanya dari ASI. Dalam hal pemberian

MPASI ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Cukup protein

Protein menjadi salah satu kandungan gizi yang sebaiknya ada dalam makanan

pendamping asi (MPASI) karena dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan

otak bayi. Dari data diperoleh diketahui bahwa sebanyak 7 bayi tidak mendapatkan

asupan MPASI yangcukup protein dan hanya 3 bayi yang mendapatkan kecukupan

protein.

b. Tepat waktu

Pemberian MPASI yang tepat waktu dalam artian bahwa MPASI diberikan pada saat

bayi berusia 6 bulan. Pemberian MPASI yang terlalu cepat dapat meningkatkan resiko

Kesehatan berupa resiko aspirasi, meningkatnya beban kerja ginjal dan kemungkinan

terjadi kenaikan berat badan yang berlebih pada bayi. Tetapi dalam beberapa kondisi

bayi diperbolehkan diberikan MPASI lebih awal dengan anjuran dokter spesialis anak.

Dari data yang ada terdapat 3 orang bayi mendapat MPASI tepat waktu dan 7 orang

bayi tidak mendapat MPASI tepat waktu.

c. Adekuat

Adekuat dalam pemberian MPASI dimaksud adalah MPASI harus memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi yang sedang tumbuh secara optimal. Makanan yang diberikan harus

mengandung karbohidrat,protein, lemak, vitamin dan mineral yang cukup. Data yang ada

menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang bayi mendapatkan MPASI yang adekuat dan 7

orang bayi tidak mendapat MPASI yang adekuat.

5. Status Imunisasi

Imunisasi adalah perlindungan yang wajib diberikan pada anak-anak untuk menajga dan

melindungi anak terhadap berbagai resiko penyakit yang di sebabkab bakteri atau virus.

Pemberian imunisasi dinilai penting karena bayi masih rentan dikarenakan sistem imun yang

belum kuat. Data yang ada menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang bayi mendapat imunisai

lengkap dan 7 orang bayi tidak mendapat imunisasi lengkap.

6. Kunjungan Posyandu

Rutin kunjungan posyandu perlu dilakukan tidak hanya pada saat anak melakukan imunisasi

rutin dari usia 0-2 tahun, tetapi kunjungan posyandu dilakukan sampai anak berusia 59 bulan.

Hal ini penting dilakukan karena pada posyandu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada bayi untuk mendeteksi secara dini jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti

kekurangan gizi. Data menunjukkan bahwa 6 orang ibu rutin membawa bayinya kunjungan

posyandu dan 4 orang tidak rutin.

7. Tingkat Pemahaman Orang Tua

Tingkat pemahaman orang tuan dimaksud adalah pemahaman orangtua akan KMS (kartu

menuju sehat), pemahaman orangtua tentang stunting dan pemahan orang tua mengenai

pemberian gizi seimbang. Sebanyak 4 orang tua memiliki pemahaman yang sangat kurang, 1

orang memiliki pemahaman yang kurang dan 5 orang memiliki pemahan yang cukup.

8. Paparan Asap Rokok

Paparan asap rokok dapat menyebabkan kejadian stunting karena penyerapan asap rokok

dapat menganggu penyerapan gizi pada anak sehingga akan berdampak buruk pada

tumbuh kembangnya. Dari data diperoleh informasi bahwa semua ayah dari anak dengan

stunting merupakan perokok aktif.

Analisa dari data stunting di Puskesmas Pulau Burung Tahun 2024 diketahui bahwa perokok

aktif merupakan faktor yang paling banyak mempengaruhi kejadian stunting. Secara langsung

rokok dan paparan asap rokok yang mengandung karbon monoksida dan benzene yang

merupakan residu pembakaran rokok akan menyebabkan menurunnya jumlah sel darah

merah dan merusak sumsum tulang belakang sehingga meningkatkan resiko terjadinya

anemia pada ibu hamil. akan menurunkan kualitas plasenta ibu hamilHasil penelitian yang

dilakukan oleh Indonesian Family Life Survey (IFLS) menemukan bahwa perilaku merokok

berdampak pada kondisi stunting anak yang ditunjukkan pada tinggi badan dan berat badan.

Lebih lanjut, perilaku merokok yang menyebabkan stunting berhubungan dengan aspek

Kesehatan ibu hamil dan bayi, namun juga terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok

keluarga. Alokasi uang belanja yang harusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

keluarga berkurang karena dipakai untuk belanja rokok.

 

Yang tak kalah penting menjadi faktor yang cukup mempengaruhi kejadian stunting di wilayah

kerja puskesmas Pulau Burung adalah pemberian ASI EKsklusif. Beberapa penelitian yang

telah dilakukan menyebutkan adanya hubungan yang kuat antara pemberian ASI Eksklusif

dengan kejadian stunting. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif selama

enam bulan sampai umur anak 2 tahun akan memberikan perlindungan terhadap infeksi

saluran cerna dan kandungan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting.