Porospro.com, - Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. (20/09/24)
Balita yang stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mecapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal sehingga dapat mempengaruhi sumber daya manusia di masa depan. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2023, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan 26 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. Kecamatan Mandah sebagai salah satu kecamatan lokus memiliki tanggung jawab 1 Desa Lokus yaitu Batang Tumu dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat Kecamatan. Berikut ini adalah garafik prevalensi stunting di tingkat kecamatan Mandah :
Dari grafik dan peta di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di Kecamatan Mandah di tahun 2022 (1.43 %) ,2023 (1.46%) dan tahun 2024 menjadi (1.07%). Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi Upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir, Namun perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapatnya lebih kompak lagi dalam menangani stunting di Kecamatan Mandah
Berbagai upaya yang telah ditempuh diguna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI Ekslusif,pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Pemberian makan pada Bayi,dan Anak (PMBA), pemberian mikro, pemberian vitamin A untuk bayi balita, pemberian obat cacing, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.
Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah akses air bersih, jamban, pemberian ASI Eklusif dan perilaku hidup bersih dan sehat . Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Remaja Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian TTD baik remaja yang ada di sekolah maupun di pondok Pesantren dan Posyandu Remaja. Namun, ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.
Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah
Masih banyak nya masyarakat yang mengikuti tradisi atau budaya yang susah untuk di rubah sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi pola asuh anak yang salah. Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi didesa menunjukkan Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan pada tahun 2021 Ibu hamil Anemia dan kurang Energi Kronis telah mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Dengan adanya penanganan Ibu Hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan terjadinya stunting dan BBLR dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.
Kelompok Sasaran Beresiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja putri, Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI ekslusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan tumbuh menjadi anak yang pintar dan cerdas dimasa depan.
Pemerintah di kecamatan Mandah sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di kecamatan Mandah melalui konvergensi Pencegahan dan Penangulangan Stunting. Pemerintah desa diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.
Upaya Yang Telah Di lakukan Dalam rangka percepatan penurunan angka stunting
Pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang dan balita yang mengalami stunting serta gangguan pertumbuhan
Penyuluhan penting nya minum tablet tambah darah pada ibu hamil serta Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK.
Pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja putri di sekolah
Pemberian vitamin A dan obat cacing setiap bulan februari dan agustus di posyandu
Pemantaun TB dan BB Pada bayi dan balita gizi kurang dan stunting.