Porospro.com, - Stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.
Pengertian
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya.
Penyebab
Stunting terkait dengan banyak penyebab, antara lain aktor asupan gizi ibu dan anak, status kesehatan balita, ketahanan pangan, lingkungan sosial dan kesehatan, lingkungan pemukiman, kemiskinan, dan lain-lain (UNICEF, 2013; WHO, 2013).
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Diagnosis
Diagnosis stunting pertama-tama dilakukan dengan melakukan tanya jawab oleh petugas kesehatan seputaran asupan makan anak, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan anak. Seorang anak dapat di diagnosis stunting bila tinggi badannya berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
Penyebaran kasus stunting didesa di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring bisa dikatakan merata, dalam artian setiap desa ada kasus stunting. Tetapi sebagian besar desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Piring menunjukkan tren penurunan kasus stunting dari tahun 2022 hingga 2024. Pada tahun 2022 terdapat 38 kasus, kemudian tahun 2023 turun menjadi 26 kasus dan ditahun 2024 turun lagi menjadi 14 kasus. Beberapa desa mengalami penurunan yang signifikan, meskipun ada desa yang sempat mengalami peningkatan sebelum akhirnya menurun. Desa Sungai Dusun, Gemilang Jaya dan Sialang Jaya mengalami penurunan jumlah kasus stunting. Desa Sungai Luar dari 4 kasus ditahun 2022 meningkat menjadi 8 kasus ditahun 2023 lalu turun menjadi 2 kasus ditahun 2024. Begitu juga Desa Tasik Raya dan Desa Simpang Jaya, ditahun 2023 meningkat dan turun kasusnya pada tahun 2024.Kelurahan Sungai Piring, terdapat penurunan kasus stunting dari 8 kasus di tahun 2022 menjadi 1 kasus pada tahun 2023, tetapi kembali naik menjadi 3 kasus pada tahun 2024. Begitu juga desa sungai Rawa, dari 2022 dengan 6 kasus lalu turun menjadi 1 kasus ditahun 2023 dan naik lagi menjadi 3 kasus ditahun 2024. Secara umum, sebagian besar desa di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring menunjukkan tren penurunan kasus stunting dari tahun 2022 ke 2024.
Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Sungai raya terjadi peningkatan dibeberapa desa, seperti di Desa Sungai Raya pada tahun 2024 ada 6 kasus yang sebelumnya Cuma 2 kasus ditahun 2023, begitu juga di Desa Junjangan dan Pasir Emas, meningkat dari tahun sebelumnya. Akan tetapi ada juga desa yang menunjukkan tren penurunan kasus stunting seperti desa tanjung Siantar dan kuala Sebatu.
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan balita stunting di Kecamatan Batang Tuaka. Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Batang Tuaka guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain:
a. Penyuluhan pada Masyarakat, melakukan sosialisasi Asi Ekslusif, Inisiasi menyusu dini (IMD), kesehatan reproduksi, Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
b. Pelaksanaan kelas ibu Hamil, Kelas Ibu Balita, dan Posyandu Balita
c. Pemberian Tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri
d. Melakukan kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi dan kekurangan energi kronis (KEK) serta balita bermasalah gizi.
e. Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil dengan KEK dan ballita bermasalah gizi.
f. Pendampingan Asi Ekslusif
g. Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan tempat pengolahan pangan (TPP)
h. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kuaalitas air di depot air minum
i. Melakukakan Survey kualitas air minum rumah tangga
j. Melaksanakan pelayanan kesehatan calon pengantin
k. Pembinaan Kader kesehatan remaja (KRR) di sekolah
i. Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) di posyandu dan TK/Paud
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita, Kita ambil contoh di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring, ada beberapa faktor determinan yang mempengaruhi kejadian kasus stunting diwilayah Kecamatan Batang Tuaka, adalah sebagai berikut :
1. Tidak Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
Sebagian besar balita yang berisiko stunting di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yaitu hanya sebesar 21,5% yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Salah satu penyebabnya rndahnya imunisasi dasar lengkap yaitu kekhawatiran orang tua terhadap efek samping imunisasi. Ketidak lengkapan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit yang bisa mempengaruhi status gizi dan pertumbuhan.
2. Terpapar Asap Rokok
Dari hasil audit kasus stunting di ketahui bahwa 86% balita stunting mendapatkan paparan asap rokok, dimana pada umunya orang tua balitalah yang merokok di rumah. Paparan asap rokok dapat mengganggu kesehatan pernapasan dan memperburuk kondisi stunting dengan menurunkan daya tahan tubuh anak.
3. Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah
Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah, dimana dari hasil audit stunting diketahui 87,8% orang tua balita memiliki kategori tingkat pendidikan yang rendah sehingga sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tetntang pentingnya nutrisi dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dan juga dapat menghambat akses terhadap informasi kesehatan yang memadai.
4. Belum Mendapat MP ASI yang mengandung protein hewani
Banyak balita stunting belum mendapatkan MP-ASI yang memadai dan tidak mengandung protein hewani dimana hampir seluruh balita atau 85% MP-ASI yang diberikan orang tua tidak selalu mengandung protein hewani. MP-ASI yang tidak memadai bisa menyebabkan kekurangan gizi yang berkontribusi pada terjadinya stunting.
5. Pemahaman Tentang Stunting dan gizi seimbang yang masih kurang
Masih banyak orang tua yang tidak memahami pentingnya gizi seimbang dalam pola makan anak yang dapat memperburuk kondisi stunting, dimana di ketahui sebebsar 87,8% ibu tidak memahami apa itu stunting, makanan bergizi seimbang dan juga bagaimana pola makan yang baik untuk anak.
6. Tidak Menapat ASI Ekslusif
Sebagian besar anak stunting tidak mendapatkan ASI EKsklusif, dimana diketahui persentasenya sebesar 78,5% padahal ASI Eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan optimal anak pada enam bulan pertama kehidupan. Kebanyakan orang tua sudah memberikan madu, air putih atau pun susu formula pada anak sebelum anak berusia 6 bulan.
7. Tidak Memiliki Jamban Sehat
Ada anak yang tinggal dirumah tanpa jamban sehat, yang meningkatkan resiko infeksi dan memperburuk status kesehatan serta gizi anak, dimana sebesar 80% atau sebagian besar anak stunting tidak memiliki jamban yang sehat di rumah mereka.
8. Akses Air Bersih yang kurang
Kurangnya akses terhadap air bersih juga menjadi salah satu faktor memperburuk status gizi kesehatan balita, dimana sebesar 78,5% balita stunting tidak mendapatkan air bersih di rumah mereka, kebanyakan balita meminum air hujan hal ini dapat meningkatkan resiko terkena penyakit yang berkaitan dengan sanitasi dan kebersihan.
9. Penyakit Kronis
Adanya balita dengan riwayat penyakit juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi stunting, karena penyakit kronis dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan pertumbuhan anak. Dimana ada 5 orang balita (35,7%) memiliki penyakit bawaan kronis seperti PJB dan TBC.
Kejadian Stunting di Kecamatan Batang Tuaka sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan, termasuk masih adanya balita tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap, Paparan asap rokok, Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang, stunting serta pola makan anak yang baik dan benar, pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dan tidak mengandung protein hewani, hingga faktor lingkungan seperti akses terhadap sanitasi dan air bersih. Upaya perbaikan status gizi balita memerlukan pendekatan holistik, termasuk edukasi kepada orang tua, perbaikan sanitasi lingkungan tempat tinggal anak, serta peningkatan gizi dan akses kesehatan.
Sedangkan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kecamatan Batang Tuaka antara lain :
1. Kegiatan audit stunting, kegiatan ini dilakukan oleh tim stunting UPT Puskesmas Sungai Piring dimana sebanyak 14 orang balita stunting seluruhnya sudah dilakukan audit stunting.
2. Kegiatan rujukan balita stunting ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau rumah sakit daerah. 12 dari 14 orang balita sudah di rujuk ke RSUD Puri Husada dan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dari dokter spesialis anak.
3. Seluruh balita stunting 14 orangnya sudah mendapatkan konseling gizi dan tumbuh kembang, serta konseling kesehatan lingkungan.
4. Penyuluhan ASI Eksklusif, IMD, Kespro, PHBS dan Germas di berbagai kegiatan seperti kelas ibu hamil, kelas ibu balita, Posyandu, sekolah mulai dari tingakt SD, SMP dan SMA.
5. Telah berjalannya kegiatan pemberian TTD pada ibu hamil dan remaja putri melalui kegiatan aksi bergizi di tingkat SMP/MTS dan SMA/MA di seluruh wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Piring
6. 100% balita stunting mendapatkan PMT berbasis pangan lokal dan juga PMT Susu
7. Melakukan kunjungan rumah ke seluruh rumah balita stunting dan balita yang memiliki masalah gizi seperti gizi kurang, bb kurang dan weight faltering serta memberikan konseling PMBA kepada orang tua balita.
8. Memberikan PMT pangan lokal dan PMT susu serta biskuit kepada ibu hamil beresiko KEK dan melakukan kunjungan rumah serta memberikan konseling.
9. Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan baik di sekolah, tempat pengolahan pangan, rumah tangga, dan pemeriksaan kualitas air minum.
10. Memberikan pelayanan kesehatan kepada calon pengantin di KUA
11. Pemberian vitamin A dan obat cacing kepada anak dan balita.
Adapun inovassi program yang di lakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting adalah program GANISA (Gerakan Nikah Sehat) dimana kegiatan ini bekerjasama dengan KUA Kecamatan Batang Tuaka. Pada kegiatan ini tim puskesmas akan turun ke KUA dan memberikan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, penyuntikan imunisasi TT dan pemberian tablet tambah darah.