Analisis Hasil Pengukuran Stunting Desa Catur Karya Tahun 2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting Desa Catur Karya Tahun 2024

Porospro.com, - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita . Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.  Pada tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. Kecamatan Pelangiran sebagai salah satu kecamatan lokus memiliki tanggung jawab dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat desa atau kelurahan. Pada tahun 2024 ini terdapat 8 Desa/Kelurahan Lokus Fokus Intervensi Penurunan Stunting Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2025. Adapun Nama-nama Desa/Kelurahan di kecamatan Pelangiran tsb, sebagai berikut : Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman dan Kelurahan Pelangiran. 

Dari grafik diatas menunjukkan prevalensi stunting di Desa Catur Karya mengalami penurunan dari 3 kasus pada tahun 2022 menjadi 1 kasus pada tahun 2023. Namun terjadi peniningkatan dari 1 kasus pada tahun 2023 menjadi 2 kasus pada tahun 2024.

Prevelensi stunting mengalami penurunan dari tahun 2022 ke 2023. Hal ini menunjukkan bahwa adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan prevalensi stunting  di Desa Catur Karya namun belum maksimal, perlunya adanya langkah-langkah penanganan yang lebih kuat, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menurunkan angka stunting secara lebih signifikan di tahun-tahun mendatang. 

Berbagai upaya yang telah ditempuh di Kecamatan Pelangiran guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan (HPK), yaitu :

Semakin gencarnya Sosialisasi ASI Ekslusif (Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita)

Sosialisasi Pendampingan Pemberian MP-ASI pada balita

Pendidikan Gizi untuk Ibu Hamil

Pemberian TTD pada Remaja Putri di sekolah

Penyuluhan Isi Piringku dan GERMAS di Sekolah

Pemberian TTD untuk Ibu Hamil

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil yang mengalami KEK

Konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada anak yang baru lahir

Pemberian Makan pada Bayi, dan Anak (PMBA) Pemberian Susu pada Balita Gizi Kurang

Pemberian Mikro Nutrient (Taburia) Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita

Pemberian Obat Cacing, Program Kesehatan  lingkungan

Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi 

Dilaksanakannya tatalaksana bagi balita gizi buruk rawat jalan maupun rawat inap Rujukan balita bermasalah gizi terutama stunting dari desa ke puskesmas PENCETIN (PElangiraN CEgah stunTINg) sebagai salah satu kegiatan Inovasi dari UPT Puskesmas Pelangiran dalam upaya pencegahan Stunting di Kecamatan Pelangiran.

Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah akses air bersih, jamban, pemberian ASI Eklusif dan perilaku merokok orang tua/keluarga dirumah. Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Remaja Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah remaja yang ada disekolah. Namun, ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.

Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah

Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi didesa menunjukkan Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan pada Tahun 2024 ini Ibu hamil Anemia dan kurang Energi Kronis telah mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Dengan adanya penanganan Ibu Hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan terjadinya stunting dan BBLR dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.

 

Kelompok Sasaran Beresiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja putri, Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungnya dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI ekslusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan tumbuh menjadi anak yang sehat pintar dan cerdas serta bebas dari stunting.

Pemerintah di kecamatan Pelangiran sangat mengharapkan dukungan dari berbagai Lintas Sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di Kecamatan Pelangiran. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.