Porospro.com - Debat Pertama Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai 2024, Jumat (01/11/2024) malam di Ballroom Hotel The Zuri Dumai berjalan aman, sukses dan terkendali.
Sayangnya disebalik kesuksesan itu, ada beberapa catatan sekaligus tanda tanya bagi publik. Kecurigaan terhadap penyelenggara Pilkada Kota Dumai yang kurang cermat dan hati-hati dalam memilih dan menentukan panelis debat.
Ketika dihubungi oleh sejumlah media, Hendry Kuswoyo sebagai LO (Liaison Officer) atau penghubung Paslon 2 menyatakan kegiatan debat publik pertama yang di selenggarakan KPU Dumai berjalan baik, sesuai dengan PKPU Nomor 13 Tahun 2024 dan turunannya PKPU 1363 Tahun 2024 terkait petunjuk Teknis Kampanye.
"Namun bagi saya, ada beberapa catatan yang harus dipertanyakan kepada penyelenggara dalam hal ini KPU Dumai terkait Netralitas. Saya melihat penyelenggara kurang hati-hati dan cermat dalam memilih dan menentukan panelis," katanya.
Sementara, warga dan peserta Pilkada berharap pesta demokrasi di Kota Dumai ini berjalan aman dan kondusif dan tidak berpihak kepada Paslon tertentu.
Catatan kurangnya kehati-hatian penyelenggara, berawal dari sebelum pelaksanaan Debat Publik. Ketika KPU Dumai pada Kamis, 31 Oktober 2024, menyelenggarakan rapat finalisasi terkait debat publik di Meeting Room Hotel The Zuri.
Hadir pada saat itu seluruh unsur terkait pelaksanaan debat. Mulai dari Kapolres Dumai beserta jajaran, Dandim, Kesbangpol, Satpol PP, hingga Dishub. Namun ketua BAWASLU Dumai tidak tampak hadir.
"Saat dikonfirmasi ke Ketua Bawaslu Dumai, Agustri, ia mengatakan, kami tidak diundang saat rapat finalisasi itu. Pernyataan berbeda dari KPU mengatakan Ketua Bawaslu Dumai sedang berada di luar Kota. Ini agak aneh," kata Toy, sapaan Hendry Kuswoyo.
Yang paling penting lagi, yakni terkait hilangnya salah satu Panelis Debat yang seyogyanya ada 3 nama, namun saat debat berlangsung, moderator hanya membacakan 2 nama.
Saat rapat finalisasi gabungan, event organizer (EO) memaparkan tatib rangkaian kegiatan. Diantaranya membacakan nama Panelis, lalu panelis akan meyerahkan soal yang tersegel dan menyerahkan kepada ketua KPU.
Sebelumnya ada 3 nama panelis. Masing-masing Dr. Rodi Wahyudi, M.Sos.,M. Soc., Sc dari UIN Suska Riau, Afrizal Alang dari LAMR Provinsi Riau dan Hj. Sadriah Lahamid, S.Sos.M.Si dari Universitas Islam Riau.
Saat proses acara debat berlangsung Moderator hanya membacakan 2 Nama Panelis. Tidak menyebutkan nama Dr. Rodi Wahyudi, M.Sos.,M. Soc., Sc dari UIN Suska Riau. Lalu siapakah Dr atau Ust. Rodi tersebut?
Saat di konfirmasi terkait Dr, Rodi, pihak KPU Dumai dalam hal ini Yolanda mengatakan, panelis tersebut tidak dilanjutkan karena ada pengaduan bahwa beliau pernah menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon.
Toy yang mengikuti proses debat ini sebelum hingga berlangsungnya acara, karena petugas penghubung ini memiliki wewenang penuh terkait pasangan calon, meminta agar pihak penyelenggara lebih hati-hati dalam menentukan panelis.
"Untuk demokrasi mari kita singkirkan perasaan dan kedekatan emosional, lebih professional, kita ingin pemilu ini damai, tidak memihak ke siapapun dan cara apapun, banyak hal-hal penting yang harus di evaluasi semua unsur kedepannya," pungkas Toy (*)