POROSPRO.COM - Perjalanan Okta Wirawan menegaskan satu pelajaran penting. Pemahaman mendalam tentang ritel dapat menjadi modal kuat untuk menciptakan produk kuliner yang relevan. Berbekal pengalaman di perusahaan ritel besar, ia mencermati pola belanja, tren rasa, dan perilaku pelanggan. Analisis itu diterjemahkan menjadi keputusan produk yang tepat, proses operasional yang efisien, serta komunikasi merek yang menyentuh sisi emosional. Almaz Fried Chicken menjadi bukti bahwa peta pasar bisa dibaca ulang dari sudut pandang dapur.
Lulusan IPB ini memulai langkah di Carrefour. Ia belajar disiplin eksekusi harian, mulai dari manajemen persediaan hingga program promosi. Kemudian tahun 2005 ia bergabung dengan PT Trans Retail Indonesia. Di sana ia mendapatkan kepercayaan mengelola fungsi pengadaan dan divisi strategis. Tantangan yang ditemui membentuk refleks untuk menakar biaya, menghitung risiko, dan merancang kontrak yang menguntungkan kedua pihak. Selama delapan tahun, ia merangkai jaringan pemasok dan menegakkan standar mutu yang bisa diaudit.
Semua itu berguna ketika ia mengawali bisnis sendiri. Nasi Kebuli Abuya lahir sebagai cikal bakal ekosistem kuliner yang ia bangun. Resep beraroma rempah disambut konsumen yang rindu cita rasa autentik. Atas dasar keyakinan tersebut, ia mendirikan PT Abuya Berkah Indonesia Makmur. Beberapa brand diluncurkan untuk menguji pasar. Ada yang melaju, ada yang harus dihentikan. Okta memperlakukan setiap kegagalan sebagai data, bukan vonis. Ia merekayasa ulang proses, menyederhanakan alur, dan menguatkan kualitas bahan baku.
Keputusan untuk melahirkan Almaz Fried Chicken menjadi puncak dari pembelajaran panjang. Tanggal 14 Juni 2024 dipilih sebagai momentum yang memiliki makna batin, karena berhubungan dengan hari lahir almarhum ibunda. Nilai keluarga tersebut mewarnai kultur kerja. Kedisiplinan operasional berjalan berdampingan dengan empati kepada tim dan pelanggan. Di dapur Almaz, rasa dijaga oleh standar resep yang presisi. Di bagian depan, pengalaman pelanggan dipastikan nyaman dan hangat.
Kekuatan Almaz berada pada diferensiasi rasa. Bumbu khas Arab Saudi menghadirkan sensasi hangat yang pekat, sementara tekstur renyah memberi kesenangan instan. Narasi pemasaran memposisikan produk sebagai pengingat akan perjalanan rohani dan momen kebersamaan. Strategi ini memperluas segmen sasaran. Keluarga, pekerja kantoran, hingga anak muda dapat menemukan alasan untuk datang dan kembali.
Ekspansi jaringan berlangsung dengan pendekatan bertahap. Rantai pasok dibenahi agar risiko keterlambatan dan ketidakstabilan kualitas bisa ditekan. Sistem logistik dirancang fleksibel sehingga outlet di berbagai kota dapat dilayani dengan reliabilitas tinggi. Pelatihan kru dilakukan untuk menjaga standar layanan. Konten media sosial menampilkan kisah di balik menu, memperkuat ikatan emosional dengan pelanggan.
Di bawah PT ABINDO, Okta juga merawat diversifikasi. Ada lini kuliner lain yang dikembangkan. Ada pula layanan kesehatan tradisional seperti bekam alami. Seluruh portofolio dikelola dengan prinsip yang sama. Fokus pada mutu, konsistensi proses, dan kejujuran pelayanan. Bagi Okta, angka penjualan hanyalah akibat. Penyebabnya adalah integritas dalam menjalankan usaha.
Kisah ini memberikan rujukan bagi wirausahawan muda. Pahami pasar melalui data, dengarkan pelanggan lewat interaksi, dan jadikan kegagalan sebagai arsip pembelajaran. Bangun merek yang memiliki makna, bukan sekadar menjual diskon. Almaz Fried Chicken menunjukkan bahwa keunggulan produk dapat berpadu dengan cerita yang menggerakkan hati. Ketika nilai dirawat dan proses dijalankan disiplin, bisnis memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan tumbuh.(adv)