Porospro.com - Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto memimpin rapat pleno di Gedung Granadi, Jakarta, kemarin (8/7).
Meski merupakan rapat perdana setelah Pemilu 2019, sejumlah kebijakan penting dikeluarkan dalam rapat tersebut.
Salah satunya memecat sejumlah kader yang dinilai membangkang dengan mendirikan Presidium Penyelamat Partai Berkarya (P3B) yang mendesak untuk mempercepat musyawarah nasional luar biasa (munaslub).
Tommy Soeharto mengaku sangat menyayangkan gerakan itu. Langkah tersebut, kata dia, tidak seharusnya dilakukan dalam merespons dinamika yang terjadi di internal partai.
Dia menilai itu sebagai langkah tidak produktif sejumlah kader. "Ini ironis sekali," kata Tommy.
Dia mengetahui bahwa P3B yang mendesak munaslub digagas beberapa pengurus DPP. Juga, ada oknum majelis tinggi Partai Berkarya.
Bahkan, selain mendorong munaslub, mereka membekukan kepengurusan Partai Berkarya yang sah di bawah kepemimpinannya.
"Tidak seharusnya ini terjadi. Padahal, kan masalah ini bisa dibicarakan dengan baik," imbuh putra bungsu mantan Presiden Soeharto itu.
Sebelumnya, sejumlah kader Partai Berkarya membentuk Presidium Penyelamat Partai Berkarya (P3B) untuk mempercepat munaslub.
Forum itu digagas Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang pada 12 Maret lalu di Jalan Brawijaya IX, Jakarta Selatan.
Dia mengklaim wacana munaslub didukung 2/3 pengurus pusat dan daerah. Salah satu alasan pendirian forum itu adalah Partai Berkarya gagal mencapai parliamentary threshold atau ambang batas parlemen 4 persen pada Pemilu 2019.
Selain itu, kondisi partai setelah Pemilu 2019 dianggap tidak kondusif dengan sejumlah permasalahan internal, baik di pusat maupun daerah.
Sumber: Jawapos.com