Porospro.com – Ada banyak titik cahaya saling berpadu. Terlalu sulit untuk dihitung. Titik-titik cahaya itu bak kunang-kunang yang tidak diam, beralih ke kiri dan ke kanan. Sepintas, pemandangan itu juga sangat persis melihat ribuan bintang di langit, indah sekali.
Lalu cahaya apakah itu? Tentulah bersumber dari aktivitas masyarakat Suku Duanu yang sedang Menongkah Kerang di bibir laut Tanjung Bakung, Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuala Indragiri (Kuindra), Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau. Masih satu kawasan dengan Pantai Terumbu Mabloe.
“Bejejer terang, coba sajalah malam hari di sana,” kata Ketua Ikatan Keluarga Duanu Riau (IKDR) Kabupaten Inhil, Hasanuddin, belum lama ini.
Sebagaimana diketahui, posisi Ekowisata Pantai Terumbu Mabloe tersebut berdempet langsung dengan kawasan Menongkah. Pastinya sebagai salah satu spot yang dapat dinikmati para wisatawan di sana.
Aktivitas menongkah tadi, itu hanya ada ketika kondisi air sedang surut. Karena tidak ada jadwal tetap, pasang atau surut bisa terjadi di pagi hari, siang hari, sore, dan malam hari. Silih berganti hingga 2 kali dalam sehari semalam.
Ketika surut terjadi di malam hari. Nah, saat itulah masyarakat dari keturunan melayu tua itu turun ke hamparan lumpur Tanjung Bakung. Masing-masing membawa Tongkah. Alat ini terbuat dari dua keping papan yang melekat rapat dengan panjang kira-kira 2 meter.
Tidak kalah penting, alat penerang juga ditenteng ke lokasi, biasanya senter banterai yang dibawa mereka. Kira-kira 5 sampai 10 menit sampai ke lokasi, mereka pun berselancar di sana, yakni hamparan lumpur seluas lapangan sepak bola.
Hebatnya, mereka ini berada di posisi dan gerakan yang sama, yakni kedua tangan bertelapak, satu kaki berlutut, dan kaki satunya lagi difungsikan untuk mendayung. Tidak peduli dinginnya semilir angin laut, mereka tetap bolak-balik menghadap segala arah.
“Yang dicari mereka itu hewan spesies kerang, yang biasa kita beli di pasa-pasar. Ativitas tersebut sudah berlangsung sudah berlangsung sejak dahulu kala,” terang Hasan.
Benar adanya, suku yang termasuk kategori Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Riau ini sudah lahir sejak zaman batu. Dari catatan sejarah, Suku Duanu sudah berkembang pada tahun 2500 SM sampai dengan 1500 SM. Mereka tinggal di pinggiran pantai Kabupaten Inhil. Dan tradisi menongkah tadi, kala itu sudah dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada intinya, Destinasi Wisata Pantai Terumbu Mabloe benar-benar merekomendasi bagi wisatawan yang ingin berekreasi ke salah satu objek pesisir bagian Timur Sumatera ini. Baik siang ataupun malam hari, keindahan alam dan budaya warga tempatan akan mampu mata pelancong melotot kagum.
Ditambah lagi infrastruktur saat ini belum dibangun maksimal. Sehingga, wisatawan benar-benar menyatu dengan alam yang berpadu antara laut, pantai dari fosil biota laut, pantai berlumpur, dan hutan mangrove.
Pemerintah daerah sendiri sudah berkomitmen bakal membangun destinasi wisata tersebut sesuai kebutuhan alamnya. Seperti infrastruktur pelabuhan, tracking menongkah, Gazebo, dan lain sebagainya.
“Dalam waktu dekat kita akan merancang Masterplan dan Detail Engineering Design (DED) Pantai Terumbu Mabloe. Karena setelah melihat potensi yang ada, alamnya sangat bagus. bagi kita di sektor pariwisata juga akan mengembangkan Pantai Terumbu Mabloe ini dalam satu konsep Ekowisata kawasan pesisir yakni mulai dari Pantai Solop, Pantai Bidari, dan pantai ini (Terumbu Mabloe," kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Junaidy S.Sos M.Si, belum lama ini.
Yang pasti, posisi objek wisata itu cukup dekat dengan pusat perkampungan Sungai Bela. Menurut perkiraan Pemdes setempat, jarak dari sisi pemukiman lebih kurang 500 meter. Hanya saja, akses daratan belum memungkinkan dikarenakan terkendala kondisi infrastruktur jalan dan jembatan.
Untuk sementara waktu, satu-satunya akses adalah menggunakan transportasi laut kurang dari 5 menit dari dermaga utama Desa Sungai Bela.
Untuk wisatawan dari Tembilahan, jarak tempuh agar sampai ke sana hanya membutuhkan estimasi waktu 1 jam saja dengan menggunakan Speedboat sebagai angkutan jalur laut. Sarana transportasi ini merupakan tujuan khusus Tembilahan-Sungai Bela. (Adv)