Porospro.com - Kabupaten Indragiri Hilir, Riau memiliki atraksi budaya yang unik. Namanya pacu sampan leper. Sampan Leper adalah sampan yang dikendarai ketika kondisi air pada keadaan surut, sehingga untuk mengendarai sampan tersebut harus di dayung di atas lumpur.
Jika umumnya mendayung sampan di atas air yang sedang pasang tidak memerlukan banyak tenaga, berbeda dengan sampan leper, untuk menggerakkan sampan di atas lumpur tentunya lebih banyak menguras tenaga.
Hari ini, pacu sampan leper selalu digelar kegiatan Festival saban tahun oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indragiri Hilir (Inhil) melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) di Kuala Getek.
Hebatnya, kegiatan tersebut selalu saja diramaikan masyarakat Kabupaten Inhil dengan kapasitas penonton mencapai ratusan bahkan ribuan silih berganti setiap hari.
Lalu apa yang menjadi istimewa dari sampan leper ini? Berdasarkan catatan dalam situs kebudayaan.kemdikbud.go.id bahwa pada zaman dulu Sampan Leper adalah merupakan alat transportasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat di wilayah Kuala Getek untuk menyeberang saat sungai tengah dalam kondisi surut.
Hal ini dilakukan agar segala aktivitas masyarakat disana tetap berjalan ketika air sungai surut. Lahirnya sampan Leper karena kondisi alam. Kawasan Pekan Arba merupakan tempat rekreasi bagi mayarakat Kota Tembilahan, karena lokasinya ini berdekatan dengan Kota Tembilahan.
Kawasan ini terdapat di pinggir Sungai Batang Sebatu yang dari tahun ke tahun mengalami pendangkalan dan mengakibatkan hubungan/transportasi antara Pekan Arba dengan desa-desa seberangnya menjadi sulit.
Sulitnya hubungan ini, maka masyarakat berusaha mengatasinya dengan membuat sampan atau perahu yang berbentuk leper atau rata di bagian bawahnya dan dapat berjalan serta meluncur di pantai lumpur maupun di atas air, sehingga sampai sekarang dijadikan sebagai alat transportasi.
Dari segi bentuk, sampan leper ini merupakan perahu yang memiliki ukuran 1 x 3 meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar. Hal itu sebagai penyesuaian agar dapat digunakan di atas air maupun lumpur.
Pacu sampan leper dahulunya sering digelar di Pekan Arba, Kecamatan Tembilahan. Namun karena terjadi pendangkalan Sungai Batang Tuaka, maka pemerintah setempat memindahkan event ini di Kawasan Wisata Kuala Getek, Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka.
Lomba pacu sampan leper ini hampir sama dengan lomba berenang. Ada berbagai gaya. Ada gaya duduk, gaya nyamping, gaya jongkok, dan adapula gaya dorong belakang. Pesertanya ada putra, ada putri, dan ada pula yang double dan double campur.
Sebenarnya dalam menentukan pelaksanaan pacu sampan leper ini tak mudah karena harus berdasarkan perhitungan alam, yang tidak dapat diadakan sesuai keinginan, yakni melihat kondisi pasang surut air di Sungai Indragiri.
Pacu sampan leper ini hanya bisa dilakukan antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus yakni pada saat kondisi air sedang surut.
Perlombaan ini bukan main serunya. Sebab bukan saja ketangkasan para pemacu yang menjadi daya tariknya, tetapi juga peserta yang kurang terlatih berkayuh atau berpacu di atas yang bukan sekali-dua kali tersungkur ke dalam lumpur. Apabila mereka jatuh, sorak soraipun makin berkepanjangan. (Adv)