Inhil Pelihara Wisata Budaya Pacu Sampan Leper

Inhil Pelihara Wisata Budaya Pacu Sampan Leper

Porospro.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau menjadikan perlombaan "Pacu Sampan Leper" sebagai salah satu wisata budaya yang dipertahankan di daerah itu.

"Sampan leper ini merupakan sebuah cipta karya dari inovasi orangtua terdahulu dalam mengatasi masalah transportasi sungai yang harus mengikuti kondisi pasang surut," kata Bupati Inhil Muhammad Wardan dikutip dari Liputan6.com.

Wardan menjelaskan bahwa sampan ini merupakan perahu yang memiliki ukuran 1 x 3 meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar.

"Hal itu sebagai penyesuaian agar dapat digunakan diatas air maupun lumpur," jelasnya.

Dia mengatakan Kabupaten Inhil adalah daerah yang terletak di pesisir Timur Pulau Sumatera sehingga Inhil merupakan daerah yang terdiri atas rawa-rawa dan sungai yang sering mengalami pasang dan surut.

Hingga saat ini budaya pacu sampan leper masih tetap terjaga dan terus dikembangkan oleh Pemkab Inhil melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud).

Dia menyampaikan kegiatan ini diadakan setahun sekali dan diikuti oleh seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil.

"Perlombaan ini dilaksanakan di daerah kawasan wisata Kuala Getek Tembilahan," katanya.

Selain Pacu Sampan Leper, juga terdapat wisata budaya lain yang dikenal dengan "Lombe Slodang". Budaya ini merupakan budaya tertua di Inhil.

"Lombe Slodang juga diperlombakan setiap tahun sebagai wujud mempertahankan dan melestarikan budaya daerah ditengah maraknya budaya asing," jelasnya.

Menurut cerita, Sampan Leper dulu terdapat di kawasan Pekan Arba merupakan tempat rekreasi bagi mayarakat Kota Tembilahan, karena lokasinya ini berdekatan dengan Kota Tembilahan.

Kawasan ini terdapat di pinggir Sungai Batang Sebatu yang dari tahun ke tahun mengalami pendangkalan dan mengakibatkan hubungan/transportasi antara Pekan Arba dengan desa-desa seberangnya menjadi sulit.

Karena sulitnya hubungan ini, maka masyarakat berusaha mengatasinya dengan membuat sampan atau perahu yang berbentuk leper atau rata di bagian bawahnya dan dapat berjalan serta meluncur di pantai lumpur maupun di atas air, sehingga sampai sekarang dijadikan sebagai alat transportasi.

Pacu Sampan Leper ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir (inhil). Jika Pacu Jalur di Kuansing di atas sungai yang berair, maka sebaliknya untuk Pacu Sampan Leper.

Sampan leper ini merupakan perahu yang memiliki ukuran 1 x 3 meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar. Hal itu sebagai penyesuaian agar dapat digunakan di atas air maupun lumpur.

Perlombaan Sampan Leper diadakan di kawasan wisata Kuala Getek Tembilahan dan diikuti oleh perwakilan seluruh kecamatan yang ada di Inhil. Pemerintah Kabupaten Inhil menyatakan akan terus mempertahankan kebudayaan Sampan Leper ini agar dikenal hingga ke seluruh pelosok negeri.

Pacu Sampan Leper dahulunya sering digelar di Pekan Arba, Kecamatan Tembilahan. Namun karena terjadi pendangkalan Sungai Batang Tuaka, maka pemerintah setempat memindahkan event ini di Kawasan Wisata Kuala Getek, Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka.

Sungai luar, satu cabang Sungai Indragiri yang luasnya mencapai 150 meter, tempat lomba sampan lemper itu diadakan tiga kilometer jaraknya dari Tembilahan. Bila surut, airnya kering tempas sama sekali. Yang tinggal bukan pasir yang bisa membuat penduduk mudah berjalan kaki untuk menyebrangnya, tetapi adalah lumpur yang lunak dan cair.

Lomba pacu sampan leper ini hampir sama dengan lomba berenang. Ada berbagai gaya. Ada gaya duduk, gaya nyamping, gaya jongkok, dan adapula gaya dorong belakang. Pesertanya ada putra, ada putri, dan ada pula yang double dan double campur.

Sebenarnya dalam menentukan pelaksanaan pacu sampan leper ini tak mudah karena harus berdasarkan perhitungan alam, yang tidak dapat diadakan sesuai keinginan, yakni melihat kondisi pasang surut air di Sungai Indragiri. (Adv)