Porospro.com - Provinsi Riau tidak hanya dikenal dengan budaya dan kuliner serta berbagai pesona pariwisatanya. Ada juga hal-hal unik yang kemudian menjadi destinasi wisata, sebut saja misalnya Sampan Leper di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).
Budaya ini selalu diramaikan dengan kegiatan Festival unik yang di Kuala Getek, Kelurahan Sei Beringin, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).
Kegiatan ini digelar setiap tahun oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir.
Lantas, apa itu Sampan Leper? Bersumber dari Liputan6.com, Sampan Leper adalah sampan yang dikendarai ketika sungai air surut. Sampan ini dikendarai di atas lumpur, pinggir sungai yang surut, memakai dayung panjang dari kayu.
Umumnya mendayung sampan di atas air, kalau Sampan Leper di atas lumpur. Tentu banyak memerlukan tenaga, daya dikuras habis tapi ini menjadi keunikan sendiri.
Keunikan ini akhirnya dijadikan Dinas Pariwisata menjadi sebuah festival karena dinilai mampu menarik wisatawan. Hadiah puluhan juta juga disiapkan sebagai penyemangat peserta.
Pacu sampan di atas lumpur ini dihadiri ratusan pengunjung. Pelaksanaan lomba terbagi dalam dua kategori yaitu kategori yang diikuti 40 orang peserta dan beregu terdiri dari 23 kelompok.
Kegiatan ini sangat bagus untuk dikembangkan karena keunikannya sebab tidak ada di tempat lain. Ini juga disebutnya menjadi daya tarik luar biasa untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai salah satu destinasi pilihan wisata.
Selain itu, aneka kuliner yang ada di Indragiri Hilir juga menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Menyaksikannya sambil menikmati aneka kuliner dapat menghadirkan sensasi.
Yang pasti, aksesibilitas untuk hadir ke lokasi ini sudah terbuka. Pemerintah seempatterus melakukan peningkatan akses jalan ke destinasi. Amenitas dasar seperti toilet, rumah makan, listrik dan lainnya juga terus digesa.
Pantauan di lokasi, sampan yang digunakan berukuran tiga hingga empat meter. Dua hingga empat peserta berbaris di garis star. Ada kategori yang berpenumpang dan ada pula yang tidak.
Begitu peluit tanda perlombaan dimulai, satu per satu pendayung sekuat tenaga menjalankan sampan di atas lumpur. Tentu saja diiringi teriakan, baik peserta atau penonton, supaya makin kuat mendayung di atas lumpur.
Keringat pendayung terus saja bercucuran baik ketika mendayung atau sampai ke garis finis. Tak hanya soal hadiah yang diincar, tapi menjaga budaya agar tak lekang oleh zaman menjadi semangat para peserta ini.
Sebagai informasi, pada zaman dahulu Sampan Leper merupakan alat transportasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat di wilayah Kuala Getek untuk menyeberang saat sungai tengah dalam kondisi surut. Hal ini dilakukan agar segala aktivitas masyarakat di sana tetap berjalan ketika air sungai surut. (Adv)