Porospro.com - Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan Literasi Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan kegiatan Literasi Digital untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 Kota / Kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, Orang Tua, Pelajar, Penggiat Usaha, Pendakwah dan sebagainya, Kamis 8 Juli 2021 di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
4 kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.
Sebagai Keynote Speaker, Gubernur Provinsi Riau yaitu Drs. H. Syamsuar., M.Si., memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. Presiden RI, Bapak Jokowi juga memberikan sambutan dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
RANA RAYENDRA (Co Founder dan CEO of Bicara Project), pada sesi Kecakapan Digital.
Rana memaparkan tema “INFORMASI DIGITAL, IDENTITAS DIGITAL, DAN JEJAK DIGITAL DALAM MEDIA SOSIAL”. Dalam pemaparannya, Rana menjelaskan Informasi, identitas, dan jejak saat ini bisa ditemukan di media sosial. Kekuatan media sosial terdapat pada sumber informasi, identitas diri, dan jejak digital. Sifat pesan di media sosial ialah, massal, mudah dibagikan, dan kekal selamanya. Tips bermedia sosial diantara lain, posting konten informatif dan bermanfaat, ciptakan personal branding yang baik, dan tinggalkan lah postingan atau komentar yang baik.
Dilanjutkan dengan sesi Keamanan Digital, oleh MOH. ROUF AZIZI, S.Pd.I (Praktisi Digital, Relawan TIK, CEO Riaukarya.com).
Azizi mengangkat tema “DUNIA MAYA DAN REKAM JEJAK DIGITAL”. Azizi menjelaskan cara menjadikan internet menjadi tempat yang aman, yaitu dengan berpikir sebelum menerima permintaan, mengirim sesuatu, dan membagikan sesuatu. Kreatif dalam internet sebagai suatu kemampuan dalam menciptakan hal baru. Beberapa pekerja kreatif di Internet seperti, desain grafis, youtuber, dan membuka toko online.
Sesi Budaya Digital, oleh TANTRI PUSPITA YAZID, S.I.KOM.,MA (Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNRI).
Tantri memberikan materi dengan tema “SUDAH TAHUKAH KAMU DAMPAK PENYEBARAN HOAX?”. Tantri membahas tentang bentuk dan saluran hoaks yang paling sering diterima yaitu, tulisan, gambar, dan video. Sosial media menjadi saluran penyebaran hoaks terbanyak dengan persentase 92,40%. Penyebab dan pemicu hoaks adalah prioritaskan isi daripada sumber beritanya dan suka berbagi namun malas membaca. Dampak penyebaran hoaks mempengaruhi psikologi dan sosial.
Narasumber terkahir pada sesi Etika Budaya, oleh ARDIANSYAH, S.KOM (Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Kab. Indragiri Hilir).
Ardiansyah mengangkat tema “BERITA HOAX DAN VERIFIKASI”. Ardiansyah menjelaskan bahwa budaya merupakan identitas bangsa. Hoax adalah informasi yang tidak benar tetapi dibuat seolah benar. Hoax biasanya mudah dipercaya karena keterbatasan informasi, tingkat popularitas informasi, ketertarikan berita, dan confirmation bias. Utamakan membaca berita yang sudah tersertifikasi oleh Dewan Pers.
Webinar diakhiri oleh, IVO HERAWATI, S.Pd (Founder Ivora Organizer dan Influencer dengan Followers 11,1 ribu).
Ivo menyimpulkan tema yang sudah diangkat oleh para narasumber berupa, membangun karakter bangsa di era digital sangat dipengaruhi oleh informasi, identitas, dan jejak digital, serta bagaimana jejak digital akan mempengaruhi dunia kerja saat ini dan pentingnya digital diajarkan dari tahap pendidikan. Bagaimana kita harus melawan hoax. rls