Porospro.com - Dating apps atau aplikasi kencan sudah bukan hal tabu lagi. Meski sempat dipandang sebelah mata dan lekat dengan stigma negatif, dating apps menjadi opsi buat nyari teman, pacar, calon istri, atau teman ‘seru’ yang bisa diajak menjalin hubungan intim semalam atau jangka panjang. Tak sedikit orang yang akhirnya menemukan jodoh lewat dating apps setelah berkelana jauh dan lama demi mencari pasangan. Tapi, banyak pula orang yang punya pengalaman aneh dan mengenaskan gara-gara main aplikasi kencan. Sekadar melihat orang lewat foto dan profil singkat memang rentan menimbulkan kejadian buruk kalau tidak hati-hati, penipuan atau kesalahpahaman misalnya.
Dari banyaknya dating apps, para pengguna tentu punya motif masing-masing ketika menggunakannya. Nah, kesamaan motif dan ekspektasi jadi poin utama ketika memakai dating apps. Jadi nggak asal geser-geser fitur “match”. Nanti ujung-ujungnya malah ketemu match (seseorang yang menyukaimu juga) yang super menyebalkan atau nggak cocok sama sekali.
Tinder, aplikasi kencan yang paling umum dan populer. Dengan fitur “Swipe Right” untuk menyukai dan “Swipe Left” untuk tidak menyukai, kamu udah bisa menemukan match yang sesuai. Kalau orang yang jadi incaranmu menggeser fitur “Swipe Right”, kalian akan terhubung lewat fitur chatting dan bisa mulai berkenalan. Biasanya dari obrolan itu, kamu punya kesempatan untuk menimbang-nimbang; apakah mengajak bertemu langsung atau menyudahi perbincangan?
Di antara dating apps lainnya, Tinder menempati urutan pertama dibandingkan OkCupid atau TanTan. Tapi, dominasi Tinder akhir-akhir sedikit berkurang lantaran Bumble mulai melejit. Sebenarnya, Bumble nggak jauh beda dengan dating apps pada umumnya: menawarkan fitur “Swipe Right” dan “Swipe Left”. Namun, bila pihak si cewek yang match belum mengirim pesan untuk memulai obrolan selama 24 jam, maka Bumble akan menghapus tanda “match” secara otomatis. Jadi, kalau nggak segera bergerak nge-chat duluan, match-mu akan menghilang.
Tinder dan Bumble adalah dua aplikasi kencan yang paling banyak digunakan. Dari 5 orang yang dihubungi Hipwee, semuanya mengaku pernah memakai Tinder dan lebih 3 orang yang juga menggunakan Bumble. Sementara 1 orang mengaku pernah memakai TanTan. Mereka menggunakan aplikasi kencan dengan motif yang berbeda-beda.
Bicara soal motif, setiap orang punya alasan tersendiri di balik keputusan memakai aplikasi kencan. Seperti Gilang (26 tahun) mengaku pengin mencari teman main yang seru. ya, kalau beruntung ia mungkin bisa dapat teman hidup. Meskipun sampai sekarang ia belum sukses meminang satu orang pun di aplikasi kencan untuk naik pelaminan. Semenjak aktif menggunakan Tinder dan Bumble tahun 2018-2019, ia juga belum mengakhiri status jomlo. Namun, Gilang tetap senang karena dapat teman dekat yang selalu ada. Apalagi kencan sangat memuaskan dirinya yang tipikal suka bertemu orang baru.
Nggak jauh beda dengan Gilang, Anjani yang menjadi pekerja di ibukota pun cuma iseng dan penasaran. Demi mengusir bosan dan mengisi waktu luang dengan berbagi hobi, ia mengunduh aplikasi Tinder. Meskipun hanya memakainya sebentar sekali, Anjani berhasil mendapatkan satu teman yang nyambung dan dekat sampai sekarang.
Alasan serupa diungkapkan oleh Tania (30 tahun) dan Icas (27 tahun). Pun keduanya mengungkapkan sekadar mencari teman ngobrol. Namun, mereka nggak memungkiri kalau punya niatan cari jodoh yang biasa diajak serius. Bahkan Icas sukses mengobati patah hati dan menemukan pasangan baru lewat Tinder. Walaupun belum melepas status lajang, kekasihnya saat ini juga dikenalnya lewat aplikasi kencan.
Tiba-tiba menghilang tanpa kabar alias ghosting sangat mungkin terjadi dalam dating apps. Beberapa orang mengaku sebagai korban, selebihnya adalah pelaku. Biasanya karena enggan melanjutkan hubungan dan terus menjalin komunikasi, mereka memutuskan ‘hilang’, tanpa pamitan. Bahkan tidak jarang mereka yang hobi ngilang ini sampai dicari di media sosial oleh match-nya. Kalau nggak disikapi dengan bijak, perihal ghosting bakal berujung sakit hati berkepanjangan. Hubungan dengan orang lain terancam hancur dan bubar.
Aldo (31 tahun) yang dijuluki expert soal dating apps, pernah mengalami hal tak menyenangkan. Dulu ketika masih aktif berselancar di Tinder mencari teman atau pasangan, ia pernah diceramahi habis-habisan oleh match-nya. Karena match-nya kurang paham cara kerja Tinder, ia dituding aneh-aneh. Alhasil Aldo memilih mundur dan tak melanjutkan perbincangan. Pengalaman buruk Aldo nggak selesai sampai di situ saja.
Kali ini, ia menemukan pasangan lewat Tinder dan yakin si dia adalah jodohnya. Saking yakinnya, Aldo nggak ragu mengajak sang pacar menikah. Bahkan ia telah mengenalkannya pada anggota keluarga. Sayangnya, hubungan Aldo kandas di tengah jalan dengan drama yang berlangsung selama 2 bulan setelah mereka berpisah. Parahnya hubungan itu meninggalkan trauma yang cukup dalam. Insiden sang mantan menyabotase akun Facebook Aldo yang terhubung ke Tinder pun pernah terjadi. Bukannya pernikahan yang jadi impian, justru patah hati yang harus ditelan.
Konflik semakin runyam. Pasalnya, sang mantan menyebarkan rumor kalau Aldo sudah punya anak selama ini. Rumor sampai terdengar di kalangan teman kantor sampai adik-adik Aldo. Ternyata, ia belum terlalu mengenal sosok yang dicintainya dengan baik. Ia tak menyanagka seseorang yang dikenalnya di Tinder dan akan ia nikahi memiliki perilaku kekanak-kanakan. Untuk ke sekian kalinya, hati Aldo harus patah.
Usai putus dari mantan sebelumnya, Tania (30 tahun) mencari teman baru di Tinder. Ngborol dengan teman baru ternyata bikin laranya berkurang. Semula keisengan main Tinder justru berlanjut. Apalagi ia merasakan keseruan ketika mendapatkan banyak teman. Berbeda dengan Aldo, pengalaman Tania memakai dating apps terbilang sangat menyenangkan. Ia jarang mendapatkan pengalaman buruk seperti cerita teman-temannya yang bertemu orang aneh atau punya niat jahat di dating apps. Bahkan Tania sangat beruntung, tanpa disangka ia malah menemukan jodohnya.
Sempat diwarnai rasa malu karena teman-temannya kurang familier dengan aplikasi kencan, Tania harus menyembunyikan identitas aslinya. Ia menggunakan nama samaran untuk profil akunnya. Ya, namanya juga jodoh. Kadang nggak dikejar pun, malah datang dengan sendirinya. Tania bertemu pasangan hidup. Setelah menjalani masa pendekatan dan ngobrol banyak hal, ia menemukan orang yang tepat sampai akhirnya mereka menikah hingga sekarang.
Kalau ngomongin manjur atau tidak cari jodoh lewat dating apps, maka jawabannya sangat relatif. Beberapa orang menemukan jodoh, tapi sebagian yang lain tidak menemukan pasangan lewat aplikasi kencan. Sebenarnya, menggunakan aplikasi kencan lebih dari sekadar mendapatkan pasangan. Ketika memakainya, kamu harus sadar dengan segala risikonya. Entah bertemu pasangan atau teman lewat aplikasi kencan, kamu bisa merasakan pengalaman tak enak kalau tidak hati-hati.
Karena hitungannya, kamu dan match adalah orang asing dan baru kenal, jangan buru-buru menjalin hubungan. Kenali match sedalam mungkin sampai kamu yakin kalau ia bisa diajak berteman atau berpasangan. Selektif adalah kunci utamanya. Jika perlu, ajak match untuk terhubung di media sosial atau ketemu langsung di ruang-ruang publik. Usahakan hindari pertemuan di ruang privat untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan. Sehingga kalian bisa semakin mengenali satu sama lain.
Dating apps hanyalah salah satu jalan agar kamu terhubung dengan orang lain, entah untuk sekadar berteman atau menjajaki hubungan secara serius. Yang terpenting adalah proses setelah kamu match dengan kenalan di aplikasi kencan. Proses ini menentukan apakah hubunganmu berjalan baik atau tidak. Jadi, tak perlu buru-buru supaya kamu tidak salah pilih match, ya.
Sumber: hipwee.com