Porospro.com - Presiden Republik Indonesia memberikan arahan tentang pentingnya Sumber Daya Manusia yang memiliki talenta digital. Ditindak lanjuti oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital. Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera di 77 Kab/Kota dari Aceh hingga Lampung.
Pada hari Jumat 20 Agustus 2021 pukul 14.00 WIB, Webinar Indonesia Makin Cakap Digital dilaksanakan di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Sebagai Keynote Speaker adalah Gubernur Provinsi Riau yaitu, Drs. H. Syamsuar, M.Si., dan Presiden RI, H. Jokowi memberikan sambutan pula dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
Dionysius Sentausa (Web dan Mobile Developer Expert), pada pilar Kecakapan Digital. Dion memaparkan tema “Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence Dalam Kehidupan Sehari-Hari”.
Dion membahas Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditunjukkan oleh mesin. AI sering diartikan sebagai bidang studi dari intelligent agents.
Sebuah sistem yang memahami lingkungannya dan mengambil tindakan yang dapat memaksimalkan peluang dalam mencapai tujuan. AI sering didefinisikan sebagai mesin yang menirukan fungsi kognitif manusia seperti belajar dan pemecahan masalah. Jenis-jenis artificial intelligence, meliputi neural AI, neural network, dan symbol-manipulating AI.
Neural AI merupakan sistem pengetahuan yang tidak direpresentasikan ke dalam bentuk simbol, namun lebih pada bentuk neuron buatan seperti otak yang telah direkonstruksi dengan baik. Neural network merupakan sistem yang diatur dalam suatu lapisan yang saling terhubung satu sama lain melalui simulasi.
Symbol-manipulating AI merupakan sistem kecerdasan manusia yang direkontruksikan pada tingkat yang lebih terstruktur dan logis. Manfaat AI, meliputi membantu pengotomatisan pekerjaan, menghemat sumber daya manusia, meminimalkan kesalahan, serta dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
Dilanjutkan dengan pilar Keamanan Digital, oleh Regina Inavona (Publik Figur). Regina mengangkat tema “Menganalisa Kasus Cyberbullying Dan Cara Menghentikannya”.
Regina membahas cyberbullying merupakan kejahatan yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman, dan hinaan. Cyberbullying biasanya diawali dengan perilaku merendahkan martabat manusia dan mengintimidasi orang lain melalui dunia maya.
Tujuan cyberbullying ialah agar taget mengalami gangguan psikis. Jenis cyber bullying, diantaranya cyber stalking, flaming, harassment, dan denigration. Penyebab seseorang menjadi pelaku cyberbullying, meliputi kurang mendapatkan perhatian, meniru lingkungan sekitar, dan korban bullying.
Cara menghentikan cyberbullying, antara lain hindari konten yang unggahannya aneh, pintar memilih teman di media sosial, tidak sembarang cerita di media sosial, tidak merespon komentar negatif, block dan report pelaku, pahami setiap orang mempunyai perspektif berbeda, serta detoks diri dari media sosial.
Pilar Budaya Digital, oleh Andri Saputra, S.Si., C.Stmi (CEO SKILL UPDATE Lembaga Mitra dan Penyedia Jasa Training). Andri memberikan materi dengan tema “Peran Literasi Digital Untuk Mengubah Mindset Konsumtif Menjadi Lebih Produktif”.
Andri menjabarkan manfaat literasi digital, mencakup menambah wawasan, meningkatkan kreatifitas, update informasi atau berita terkini, serta kemampuan menyelesaikan masalah.
Mindset atau pola pikir merupakan serangkaian pemikiran yang membentuk dasar pemikiran seseorang dalam memandang sesuatu. Output mindset produktif di era digital, meliputi sumber ilmu, sumber penghasilan, dan personal branding.
Dunia akan terus berkembang, semua pasti berubah. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Jika masyarakat tidak bisa mengikuti perubahan dengan bijak, maka masyarakat akan tenggelam oleh perubahan tersebut. Apakah karena tertinggal oleh zaman itu sendiri, atau karena terlena sampai lupa diri dalam menikmatinya.
Narasumber terakhir pada pilar Etika Digital, oleh Yesi Novitasari, S.Pd., M.Pd (Dosen FKIP Universitas Lancang Kuning). Yesi mengangkat tema “Bahaya Pornografi Bagi Perkembangan Otak Anak”.
Yesi menjabarkan tahapan proses kecanduan internet antara lain, tidak sengaja melihat namun, tidak merasa nyaman tetapi penasaran, pelepasan dopamine di dalam otak, kecanduan atau adiksi, tidak peka, peningkatan level porno, mencari objek atau sasaran, terbiasa dengan kekerasan, dan depresi.
Bagian otak yang rusak akibat pornografi yaitu, nucleus accumbens yang memproduksi dopamin, orbitofrontal yang mengatur nilai dan moral, insula hippocampus yang mengatur emosi, celebrum yang memelihara gerak dan keseimbangan, serta gyrus cingalute yang mengatur emosi sadar.
Ciri-ciri pecandu pornografi meliputi, jika diajak berbicara menghindari kontak mata, kurang bergairah dalam melakukan kegiatan sehari-hari, perilaku mulai implusif, suka berbohong, dan emosinya mudah naik, sulit berkosentrasi, serta rasa empati yang menurun dan tidak mau disalahkan.
Seseorang yang kecanduan pornografi tidak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori. Solusi agar tidak kecanduan pornografi diantaranya, perbanyak aktivitas positif, cari lingkungan yang baik, perkuat spiritual, perkuat kegiatan sosial, dan biasakan kegiatan memupuk rasa.
Webinar diakhiri, oleh Priscilla Gita (Konten Kreator dan Influencer dengan Followers 24,9 Ribu). Priscilla menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber, berupa manfaat AI, meliputi membantu pengotomatisan pekerjaan, menghemat sumber daya manusia, meminimalkan kesalahan, serta dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
Cara menghentikan cyberbullying, antara lain hindari konten yang unggahannya aneh, pintar memilih teman di media sosial, tidak sembarang cerita di media sosial, tidak merespon komentar negatif, block dan report pelaku, pahami setiap orang mempunyai perspektif berbeda, serta detoks diri dari media sosial.
Dunia akan terus berkembang, semua pasti berubah. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Jika masyarakat tidak bisa mengikuti perubahan dengan bijak, maka masyarakat akan tenggelam oleh perubahan tersebut.
Apakah karena tertinggal oleh zaman itu sendiri, atau karena terlena sampai lupa diri dalam menikmatinya. Solusi agar tidak kecanduan pornografi diantaranya, perbanyak aktivitas positif, cari lingkungan yang baik, perkuat spiritual, perkuat kegiatan sosial, dan biasakan kegiatan memupuk rasa. (rilis)