Penulis: Muhammad Taufik Ikhsan
Fenomena hari ini membawa kondisi Islam kembali dalam keadaan Asing dan sering sekali hanya dianggap sebagai sebuah symbol bagi sebagian penganutnya. Dikutip dari kitab Al-Ghurabaa karya Imam Al-Ajuri, dalam sebuah riwayat disebutkan Dari Abdullah dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula."
Kondisi di atas sebenarnya bukanlah masalah serius. Menjadi genting ketika hadits yang sama digunakan oleh para pendukung radikalisme dan terorisme. Seolah menjadi pembenar bahwa meski tindakannya dikutuk mayoritas umat beragama, ia tetaplah aksi yang heroik. Pemahaman-pemahaman ini muncul dikarenakan belum tuntasnya secara kaffah memahami islam itu sendiri.
Mengambil kutipan gus dur didalam buku ketika gus dur bertutur, beliau menyampaikan tipikal sifat manusia itu ada dua diantaranya tipikal mengetahui belum tantu memahami, kemudian tipikal memahami sudah pasti mengetahui. Apa yang terjadi dalam kondisi saat ini kebanyakan manusia yang memiliki tipikal mengetahui namun tidak memahami. Hal tersebut lah yang menimbulkan cikal bakal disorientasi dalam mengamalkan nilai-nilai keislaman seperti gerakan radikalisme.
Mafud MD menyampaikan wujud radikalis menjadi berbahaya lagi jika sudah pada tahapan yang namanya jihadis, radikalis salah memahami soal jihad, menganggap bahwa jihad itu adalah mengangkat senjata membunuh orang yang berbeda karena dianggap kafir.
Manusia sebagai puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sudah sejatinya sebagai khalifah fil ardhi harus memiliki sifat yang bijaksana dalam menjalankan kehidupan. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief).
"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
“Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku” QS. Adz – Dzariyat ayat 56.
“Sesungguhnya orang – orang yang beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakanlah adanya kerukunan dan diantara golongan saudaramu.” QS. Al – Hujarat Ayat 10
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang. Manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya yang tidak mengenal batas.