Porospro.com - Pasar otomotif Indonesia tidak hanya diisi oleh produk buatan merek asal Asia saja, ada juga beberapa pabrikan Jerman yang meramaikan dengan kendaraan andalan mereka.
Contohnya yakni BMW dan Mercedes-Benz, merek yang biasa dikenal dengan produk mewah dan performa tinggi. Keduanya punya beberapa model, yang dirakit di dalam negeri.
Selama ini unit yang dibuat hanya dipasarkan secara lokal saja. Namun, hal itu bisa saja berubah karena keduanya menyatakan tertarik untuk melakukan ekspor. Model kendaraan yang jadi perhatian mereka adalah mobil listrik.
Pernyataan itu diungkapkan langsung oleh kedua pihak, di hadapan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita saat berkunjung ke Jerman.
“BMW telah menyatakan minatnya untuk membangun ekosistem tersebut di Indonesia. Mercedes-Benz juga bersedia bekerja sama, dan sedang mengeksplorasi peluang ekspor kendaraan ke Australia dan Asia Tenggara,” ujar Menperin melalui keterangan resmi, dikutip VIVA Otomotif Sabtu 30 Oktober 2021.
Menperin menjelaskan, Indonesia memiliki program pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV), yang tertuang di Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 tahun 2020.
“Sangat penting untuk investor berinvestasi di Indonesia karena kami yakin di masa depan akan terjadi peningkatan demand EV di dunia. Indonesia punya target pengembangan komponen utama untuk EV seperti baterai, motor elektrik, dan inverter,” tutur Menperin.
Ekspor ke Australia juga akan menguntungkan bagi BMW dan Mercedes-Benz, karena adanya penghapusan tarif perdagangan kendaraan berkat perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement.
“Selain itu, mobil asal Jerman seperti BMW dan Mercedes-Benz merupakan merek premium yang paling populer di Australia pada tahun 2020,” ungkap Agus.
Menperin menyampaikan, Mercedes-Benz sedang menghitung value chain apabila menjadi Indonesia sebagai hub untuk ekpsor kendaraan ke Negeri Kanguru. Termasuk juga biaya manufaktur, biaya logistik, regulasi, persyaratan teknologi, serta tarif pajak.
“Namun, intinya mereka mendukung dan mereka sedang menyiapkan diri untuk rencana membuka pasar ke Australia,” jelas Menperin.
Sumber: viva.co.id