Porospro.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak dapat menutupi rasa kekesalannya mengetahui fakta bahwa Indonesia masih kecanduan impor gas tabung alias Liquefied Petroleum gas (LPG).
Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat menyaksikan pelepasan ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, Kepulauan Riau.
"Kita punya bahan baku buanyak sekali, guede sekali. Kita malah impor LPG Rp 80 triliun setiap tahun," tegas Jokowi, seperti dikutip Kamis (27/1/2022).
Jokowi lantas menyinggung proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethryl Ether (DME) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG.
Proyek DME pertama di Indonesia yang diresmikan di Tanjung Enim itu sendiri diperkirakan dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun dan menghemat subsidi LPG Rp 7 triliun.
Saat meresmikan pembangunan proyek tersebut, Jokowi juga melontarkan kekesalannnya. Ini menjadi kali kedua Jokowi menunjukkan rasa geramnya terhadap impor LPG yang membubung tinggi.
"Kita ekspor batu bara, mentahan terus, mentahan, mentahan, mentahan. Padahal yang namanya batu bara itu bisa jadi metanol, DME," tegasnya.
Jokowi mengaku geram lantaran selama ini hasil kekayaan alam Indonesia tidak pernah teroptimalisasi dengan baik, dan malah justru negara lain yang mendapatkan keuntungannya.
"Terlalu nyaman kita ini. Terlalu enak. Orang lain yang dapat, negara lain yang dapat, dia dapat nilai tambahnya, dia dapat lapangan kerjanya, dia dapat pajaknya," katanya.
"Coba kalau kita buat industri seperti ini. Kita dapat royalti, kita dapat pajak perusahaannya, kita dapat pajak pribadinya, ekspor ke luar, kita dapat PNBP, semua dapat," tegas Jokowi
Sebagai informasi, impor LPG RI memang terlihat terus meningkat seiring dengan berhasilnya program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kilo gram (kg) sejak 2007 lalu.
Pada 2010 impor LPG RI masih berada di kisaran 1,6 juta ton atau sekitar 43% dari kebutuhan 3,76 juta ton. Lalu pada akhir 2020 tercatat impor LPG mencapai 6,4 juta ton atau sekitar 80% dari total kebutuhan 8,02 juta ton.
Sumber: cnbcindonesia.com