Porospro.com - Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau memiliki beragam suku dan budaya. Sejak dulu berbagai suku dan budaya yang ada di Inhil hidup rukun dan berdampingan.
Salah satu suku yang memiliki keunikan yang beragam di Kabupaten Inhil adalah 'Suku Laut' atau suku Duano.
Disebut sebagai suku laut karena, suku laut dikenal sebagai pengembara laut yang berpindah-pindah dari tempat satu ke tempati lain untuk bertahan hidup. Hal ini juga sesuai dengan nama Duano/Duane yang memiliki makna penjaga laut atau pantai.
Seperti yang kita lihat, hampir semua desa-desa yang didiami oleh masyarakat duano berhadapan langsung dengan laut seperti desa sungai bela, desa sungai laut, kuala patah parang, kuala selat, desa tanjung pasir dan lain sebagainya.
Salah satu bukti masyarakat duano sebagai penjelajah adalah adanya Desa Sungai Bela. Desa Sungai bela merupakan daerah temuan duano karena memiliki nama lain dari suku duano yaitu Mabloe.
Sejak dulu kala, masyarakat suku laut diberi kewenangan untuk menjaga laut dan pantai. Terminologi ini menjadi sebuah minsed yang semula bagi duano hanya ejaan berubah menjadi isitilah sebutan untuk mereka.
Hal ini pula yang menjadikan duano sebagai satu-satunya suku bangsa di Indonesia yang mampu menamakan dirinya sendiri.
Yang unik dari suku duano adalah tradisinya. Salah satu tradisi yang tidak asing di telinga adalah Menongkah.
Karena terkenal sebagai manusia petarung atau memiliki kebiasaan mengarungi laut, suku duano menjadikan laut dan pesisir sebagai tempat kekayaan yang tak ternilai.
Menongkah sendiri, adalah kegiatan meluncur di atas lumpur untuk mencari kerang. Berjibaku dengan lumpur sudah menjadi tradisi masayrakat suku duano.
Menongkah kerang bisa dilakukan kala air laut surut. Pesisir pantai yang datar menjadi lokasi menongkah.
di Inhil, suku duano tersebar di darah tanah merah, bekawan, concong, kuindra dan reteh. (Advertorial)
Penulis: Adriah