Porospro.com - Negara-negara anggota G20 membahas dampak pandemi COVID-19 dalam pertemuan virtual pada Selasa lalu (24/3/2020).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa wabah yang merebak dari Wuhan, Cina tersebut, memaksa dunia merevisi proyeksi pertumbuhan perekonomiannya.
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan, proyeksi pertumbuhan global tahun ini akan negatif.
"Ada kontraksi. Jauh lebih rendah dari proyeksi 2020 yang di atas 3 persen," jelas Ani menirukan keterangan Georgieva dalam video conference.
Pada awal Maret, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,9 persen. Kini proyeksi itu berubah drastis karena 186 negara terdampak COVID-19.
Dengan demikian, hampir seluruh negara mengalami persoalan yang sama.
Ani menuturkan, IMF telah menyiapkan dana USD 1 triliun (sekitar Rp16.458 triliun) dan mengusulkan tambahan fasilitas USD 500 miliar (sekitar Rp8.229 triliun). Sebab, kondisi saat ini berpotensi lebih buruk daripada 2008.
"Itu yang disampaikan managing director IMF," ucapnya.
Ani menambahkan bahwa perbaikan ekonomi global diproyeksi baru terjadi pada 2021. Tetapi, hal itu bergantung seberapa cepat virus tersebut bisa diatasi.
Kini, ujar dia, negara-negara dunia pun ramai-ramai mengeluarkan stimulus untuk meredam dampak COVID-19 terhadap perekonomian.
Pemerintah juga menggodok paket stimulus ketiga. Hal itu diharapkan dapat menjawab pukulan yang terjadi pada ekonomi saat ini.
"Q1 cukup baik dan Q2 kita akan lihat kalau krisis pandemi ini bisa teratasi. Kita masih punya harapan pertumbuhan ekonomi kita terjaga pada kisaran skenario sedang/antara 2,5–3 persen," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Terpisah, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menganalogikan COVID-19 seperti tsunami yang gelombangnya cepat menyebar ke berbagai belahan dunia. "Virus corona ini memiliki karakter short term outbreak," katanya.
Dari aspek dampak ekonomi, dia mengingatkan bahwa kelompok yang paling rentan terdampak adalah sektor informal atau UMKM yang hidupnya mengandalkan perputaran uang harian. "Kelompok ini yang harus menjadi prioritas untuk dibantu," ujarnya.
Karena itu, menurut Rhenald, pemerintah harus sesegera mungkin menerapkan strategi realokasi anggaran guna membantu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal atau UMKM.
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL SETELAH WABAH COVID-19
OECD: 2,4%
Institute of International Finance (IIF): -1,5%
Morgan Stanley: 0,9%
Goldman Sachs 1,25%
S&P Global: 1–1,5%
Bank Indonesia (BI): 2,5%
Sumber: jawapos.com