Porospro.com - Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan bahwa Nisfu Sya’ban 1441 H bertepatan dengan Rabu (8/4) malam. Putusan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rukyatul hilal LF PBNU pada Selasa (24/3) petang di beberapa titik di Indonesia tidak dapat terlihat. Pasalnya, tinggi hilal masih di bawah dua derajat sebagai batas imkanur rukyah, tepatnya 1 derajat 36 menit 22 detik.
Ijtimak juga terjadi pada Selasa (24/3) pukul 16.26.43 WIB. Hal itu menunjukkan kurang dari 15 jam menuju terbenamnya matahari pada pukul 18.01 WIB. Oleh karena itu, bulan Rajab 1441 H digenapkan menjadi 30 hari sehingga awal Sya’ban 1441 H jatuh pada Kamis (26/3).
Menjelang malam Nisfu Syaban 2020, ada sejumlah amalan yang rutin dilakukan oleh Rasulullah Saw. Berikut diantaranya:
Membaca Doa Malam Nisyfu Syaban
Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
“(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Terdapat beberapa riwayat yang menghimpun doa-doa Nabi Saw. pada malam Nisfu Sya’ban, di antaranya kisah dari Sayidah ‘Aisyah. Dalam sebuah riwayat disebutkan dari Aisyah:
Kebetulan malam Nisfu Sya’ban adalah malamku, Nabi Saw. berada bersamaku. Ketika tengah malam aku kehilangan beliau. Rasa cemburu sebagai wanita pun menghinggapiku. Akhirnya dengan menutup wajah aku pun keluar mencari beliau di bilik para isterinya. Aku tidak menemukan sehingga aku pun kembali ke bilikku dan ternyata aku mendapatkan beliau seperti halnya baju yang tercampakkan dan dalam sujud itu beliau mengucapkan:
“Khayalan dan hatiku bersujud kepada Engkau, hatiku beriman dengan-Mu, maka inilah tangan yang saya pergunakan bertindak jinayah terhadap diriku sendiri. Duhai Dzat Maha Agung yang diharapkan untuk (mengampuni) dosa yang agung. Wahai Dzat Maha Agung, ampunilah dosa yang agung. Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakan serta merobek pendengaran dan matanya.”
Beliau lalu bangkit mengangkat kepala dan lalu bersujud lagi dan berucap:
Saya memohon perlindungan dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu. Saya berlindung dengan ridha-Mu dari kemarahan-Mu. Saya berlindung dengan-Mu, dari-Mu Maha agung Dzat-Mu. Saya tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. Saya berkata seperti saudaraku Dawud berkata, “Saya membenamkan wajahku dalam tanah demi Tuhanku dan memang ia berhak untuk bersujud”
Beliau lalu mengangkat kepala dan berdoa:
“Ya Allah, karuniakanlah kepadaku hati yang bersih dari syirik, bersih dari sifat cerewet (banyak bertanya), jangan jadikan aku celaka”
Setelah itu beliau masuk dalam selimut bersamaku, sementara desahan nafasku begitu keras sehingga beliau bertanya, “Ada apa dengan desahan nafas ini wahai Humaira’?” Aku pun menceritakan kepada beliau dan beliau lalu mengusap lututku seraya bersabda: “Celakalah dua lutut ini, apa yang ditemukannya pada malam ini, ini adalah malam Nisfu Sya’ban yang di dalamnya Allah turun ke langit dunia dan memberikan ampunan kepada para hamba-Nya kecuali orang musyrik dan bermusuhan.”
Melakukan Shalat Sunnah 100 Rakaat
Selain dianjurkan membaca Yasin, di malam Nisfu Sya’ban kita juga dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah mutlak. Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, shalat sunnah mutlak pada malam Nisfu Sya’ban berjumlah sebanyak seratus rakaat. Namun bisa juga dilaksanakan sebanyak sepuluh rakaat.
Jika hendak melaksanakan seratus rakaat, maka tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut;
Pertama, melakukan shalat sunnah dengan niat shalat sunnah mutlak sebanyak sepuluh rakaat dengan melakukan salam setiap dua rakaat. Lafadz niatnya adalah sebagai berikut;
Ushollii sunnatan rok’ataini lillaahi ta’ala.
Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah Ta’ala.
Kedua, pada masing-masing rakaat membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas sebanyak 11 kali.
Hal ini sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin sebagai berikut;
Adapun shalat Sya’ban, maka dilaksanakan pada malam tanggal lima belas. Seseorang hendaknya melaksanakan shalat sebanyak seratus rakaat dengan melakukan salam setiap dua rakaat. Pada setiap rakaat setelah surah Al-Fatihah membaca ‘Qul huwallahu ahad’ sebanyak sebelas kali.
Jika dia suka, maka hendaknya melaksanakan shalat sebanyak sepuluh rakaat, pada masing-masing rakaat setelah surah Al-Fatihah membaca ‘Qul huwallaahu ahad’ sebanyak seratus kali. Diriwayatkan bahwa shalat ini termasuk bagian shalat yang dilaksanakan oleh ulama salaf dan merekan menyebut shalat ini dengan shalatul khair, mereka berkumpul dan kemudian melaksanakan shalat secara berjemaah.
Sumber: madaninews.id