Porospro.com - Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) blak-blakan penyebab harga gula di Tanah Air tinggi. Salah satu penyebab utamanya yakni kelangkaan stok karena perusahaan pelat merah tersebut tak memperoleh izin impor gula kristal mentah atau raw sugar yang rencananya diolah oleh anak usaha Bulog yakni Pabrik Gula (PG) PT Gendhis Multi Manis (GMM) menjadi gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi.
Buwas mengungkapkan, sejak akhir 2019, pihaknya sudah memprediksi kelangkaan stok gula berdasarkan analisis sejumlah lembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Badan Intelijen Negara (BIN), dan lainnya. Oleh sebab itu, pada November 2019, Bulog mengajukan impor raw sugar kepada pemerintah.
"Karena kami sudah memprediksi jauh hari, setiap tahun itu kita akan kekurangan bahan-bahan yaitu salah satunya gula. Pada saat itu pabrik GMM sudah selesai masa giling tebu, maka harus dipasok dengan raw sugar. Maka kami mengajukan impor raw sugar, sehingga kami bisa menyetok gula yang dibutuhkan karena tugas Bulog kesiapan untuk operasi pasar," ungkap Buwas dalam rapat virtual dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (9/4/2020).
Namun, hingga memasuki tahun 2020, pemerintah tak kunjung menerbitkan izin impor gula kepada Bulog. Impor tersebut baru dikabulkan pada akhir Maret 2020 di mana lonjakan harga gula sudah terjadi di seluruh Indonesia.
"Namun ini juga baru bisa direalisasikan akhir Maret 2020. Karena begitu sulitnya birokrasi yang kami tempuh. Dan pada akhirnya kami tidak bisa menggiling gula untuk kebutuhan-kebutuhan tadi." ujar Buwas.
Menurut Buwas, izin impor atas 20.000 ton raw sugar yang diterbitkan untuk Bulog pun diperoleh dengan memaksa.
"Pada saat itu kami juga sedikit memaksa, pada bulan Maret akhir untuk kami bisa impor GKP. Yang mana kami waktu itu mengajukan minimal 20.0000 ton GKP. Tapi karena prosedur tidak mudah, pada akhirnya ada keterlambatan. Kami sudah berupaya untuk mempercepat barang itu sampai di Indonesia, tapi memang sulit," urainya.
Pada Februari 2020 pun, pihaknya kembali mengajukan permohonan impor GKP karena stok semakin langka dan harga sudah naik bahkan hingga dua kali lipat dari harga acuan sebesar Rp 12.500/kg.
"Pada bulan Februari karena kebutuhan sudah sangat mendesak, waktu itu harga gula sudah sangat naik, kami mengusulkan impor GKP. Tapi itu ternyata tidak langsung bisa mudah turun. Karena itu juga melalui prosedur dan sulit sekali, yang pada akhirnya terlambat semua itu, sehingga stok di pasaran itu sudah tipis. Nah ini dampak dari pada mahalnya gula," pungkas dia.
Sebagai informasi, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga gula rata-rata nasional mencapai Rp 18.250/kg.
Sumber: detik.com