Ini Alasan Mengapa Anak Jadi Pendiam

Ini Alasan Mengapa Anak Jadi Pendiam

Porospro.com - Sama seperti orang dewasa, anak-anak pun memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Anak yang pendiam kerap kali menarik diri dari keramaian dan jusru lebih nyaman melakukan berbagai kegiatan seorang diri. Normalkah ini dan apa yang menyebabkannya?

Memiliki anak pendiam bukanlah suatu hal yang harus Bunda risaukan, karena setiap anak terlahir dengan karakter dan temperamen yang berbeda-beda. Akan tetapi, Bunda perlu waspada bila kondisi ini membuat Si Kecil menutup diri, baik dengan keluarga ataupun lingkungan sekitarnya.

Kenapa Anak Pendiam?

Bun, ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan anak memiliki sifat pendiam atau tiba-tiba menjadi pendiam padahal sebelumnya tidak. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pemalu

Pemalu merupakan salah satu sifat yang memang bisa dimiliki sejak kecil. Jadi, normal bila Si Kecil lebih sering malu dan diam, apalagi bila bertemu orang baru. Biasanya, ia hanya membutuhkan waktu dan bimbingan yang lebih lama untuk mau berinteraksi dan bisa akrab dengan orang lain.

Rasa malu bisa jadi masalah jika ini membuatnya merasa tertekan dan mengganggu kehidupannya sehari-hari. Misalnya, karena terlalu malu anak jadi takut keluar rumah atau pergi ke sekolah. Karena rasa malu yang tinggi itu pula, buah hati Bunda jadi lebih pendiam bila berada di tempat yang membuatnya tidak nyaman.

2. Introvert

Salah satu alasan Si Kecil pendiam mungkin karena ia memiliki kepribadian introvert. Seorang anak yang introvert akan lebih mudah merasa lelah setelah melakukan banyak interaksi sosial dan memerlukan waktu diam sendiri untuk mendapatkan energi bersosialiasinya kembali.

Bunda perlu ingat, kepribadian introvert bukanlah suatu kelainan dalam fungsi sosial seseorang. Jadi, bukan berarti anak introverttidak bisa memiliki teman, ya. Mereka justru cenderung bisa menjalin hubungan yang kuat dan dalam, namun hanya dengan beberapa teman cocok dengannya.

3. Trauma psikis

Kejadian yang mengguncangkan atau perlakuan dari orang lain yang menyakitkan bisa mengubah kepribadian anak menjadi pendiam. Contoh paling sederhana adalah bila anak sering dimarahi.

Terlalu sering dimarahi bisa membuat anak menjadi lebih pendiam dan enggan untuk berkumpul dengan orang lain. Pasalnya, ia jadi menganggap dirinya akan berbuat kesalahan terhadap orang lain. Akibatnya, anak cenderung tidak percaya diri dan lebih suka menyendiri.

4. Mengalami terlambat bicara (speech delay)

Anak pendiam juga bisa merupakan dampak dari adanya keterlambatan pada kemampuan bicaranya atau speech delay. Salah satu kelainan yang bisa menyebabkannya adalah retardasi mental.

Bila mengalami kondisi ini, anak akan mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain atau menyampaikan apa yang ingin ia katakan, sehingga ia akan lebih memilih diam daripada orang tidak mengerti apa yang ia katakan.

Cara agar Anak Pendiam Mau Bersosialisasi

Anak yang pendiam mungkin akan kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain Untuk membantunya, ada beberapa tips yang bisa Bunda terapkan, yaitu:

- Sering mengajaknya dan menemaninya untuk berkumpul bersama keluarga, tetangga, dan teman sebayanya.

- Berikan pemahaman pada anak bahwa memiliki waktu untuk menyendiri itu baik, namun berinteraksi dengan sesama juga penting untuk membangun hubungan sosial.

- Sering-seringlah mengajak anak mengobrol dan mengekspresikan emosi dengan topik yang ia sukai.

- Berikan anak perhatian lebih dan jangan sering memarahinya.

- Selalu libatkan anak pada berbagai kegiatan di dalam atau luar rumah. Hal ini bisa memicu dirinya untuk tidak berdiam diri saja di kamar.

Memiliki anak pendiam bukanlah suatu hal yang buruk. Malahan, anak pendiam bisa jadi memiliki kepribadian yang lebih berhati-hati, berpikir lebih dalam, dan pengertian terhadap orang lain.

Namun, bila sifat pendiam anak dirasa tidak normal, disertai kesulitan untuk melakukan aktivitas lain, atau datang secara tiba-tiba setelah suatu kejadian maupun tanpa alasan yang jelas, lebih baik Bunda mengonsultasikan keadaan Si Kecil dengan psikolog anak untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Sumber: alodokter.com