Porospro.com, - Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Stunting tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak optimal.
Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka Panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehamilan, kemudian setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun yang disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dan semua pihak karena periode ini menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi dialami oleh ibu hamil dengan kondisi Kehamilan KEK maupun anak balita dengan kondisi Gizi Buruk. Tindakan pencegahan yang paling menentukan untuk dapat mengurangi jumlah kasus stunting adalah tindakan pencegahan yang dilakukan pada 1.000 HPK.
Tindakan pencegahan stunting memerlukan penyatuan berbagai program dan Upaya Bersama antara Pemerintah serta Dunia Usaha dan Masyarakat. Pada tahun 2021 Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan lokasi Fokus (Lokus) untuk tahun 2022, 40 Desa/Kelurahan.
Rembuk stunting tersebut telah dilakukan di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan lokus. Kegiatan ini terus berlanjut hingga tahun 2024.
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita stunting di Kecamatan Keritang di tahun 2022 : 0,7%, 2023 : 0,7%. dan 2024 : 0,2%. Namun dari 17 Desa, ada 1 Desa yang terjadi peningkatan kasus stunting yaitu Desa Nusantara Jaya dan Desa Pebenaan dimana terjadi peningkatan data stunting dari tahun 2022 sampai tahun 2024 dari 0 kasus menjadi 2 kasus pada tahun 2024. Secara umum, sebagian besar desa di Kecamatan Keritang telah menunjukkan angka penurunan kasus stunting dari tahun 2022 ke 2024. Hal ini menunjukkan sudah adanya penyatuan program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting, sehingga telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kecamatan Keritang. Namun hal ini belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam menangani kasus stunting di Kecamatan Keritang
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Keritang guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain:
Melakukan sosialisasi Asi ekslusif di kelas Ibu Hamil.
Melakukan kegiatan kelas ibu balita.
Melakukan kegiatan kelas Ibu Hamil sekaligus pemberian TTD pada Ibu Hamil.
Kunjungan rumah untuk melakukan intervensi balita yang mempunyai masalah gizi serta pemeriksaan sanitasi lingkungan rumah dan pemeriksaan air minum.
Pemberian vitamin A , Obat Cacing pada Balita dan Pemeriksaan Garam beryodium (RT).
Kelas edukasi ibu balita (KERUDUNG ASIK).
Sosialisasi pemberian makanan tambahan pada balita.
Kelas Edukasi Ibu Balita MARI PERGI STUNTING .
Beberapa faktor sangat berperan penting yang merupakan salah satu penyebab stunting, sehingga memerlukan perhatian khusus. Telah dilakukan kajian yang mendalam terhadap penyebab kasus stunting dapat dilihat dari hal-hal yang berhubungan dengan faktor risiko. Berikut beberapa poin penting dari kajian tersebut adalah:
Faktor lingkungan
Beberapa wilayah di Kecamatan Keritang masih mengalami sulit air bersih, dan banyak yang masih belum memilki jamban sehat. Selain dari dua permasalahan tersebut, ada beberapa desa yang masih melakukan perilaku yang sulit untuk diubah. Berdasarkan jumlah data kepala keluarga 510 keluarga didesa Nyiur Permai yang terdata di desa 50% keluarga yang masih BAB sembarangan dan 60% keluarga yang hanya memiliki sarana air bersih.
Faktor pemberian asi ekslusif pada anak
Berdasarkan laporan perbulan ditiap tiap desa pemberian Asi ekslusif pada anak cenderung rendah. Ini berkaitan terhadap pengetahuan orang tua pentingnya ASI Ekslusif pada tahun (2022 : 30%) (2023 : 33%), (2024 : 38%).
Faktor rumah tangga dan keluarga
Factor dalam keluarga dapat turut membantu mencegah stunting dengan cara mendampingi ibu hamil memeriksakan kehamilan dipelayana kesehatan terdekat, juga berperan penting dalam mendukung ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi. Juga memberi dukungan secara moral untuk membawa anak balita ke posyandu terdekat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan.
Kesehatan Reproduksi
Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut pemerintah pada pernikahan dini adalah melakukan MOU dengan Pengadilan Agama, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan memberikan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD.
Faktor pemberian makan tambahan pada anak
Pemberian makanan tambahan pada anak juga berperan penting dalam tambahan gizi yang dapat diserap oleh anak. Pentingnya makanan yang bergizi untuk anak juga berpengaruh terhadap stunting. Kurangnya asupan protein hewani merupakan salah satu pemicu stunting. Pemberian makanan pada anak dimulai pada usia 6 bulan juga terlihat masih banyak yang memberikan makanan pada anak sebelum usia 6 bulan.
Faktor penyakit infeksi
Penyakit infeksi yang diderita anak dapat menghambat penyerapan gizi ditubuh anak sehingga anak tidak bisa bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Hal ini harus menjadi perhatian bagi orang tua, apabila menemukan anak tidak naik berat badannya harus dibawa ke fasilitas Kesehatan untuk dilakukan pengecekan Kesehatan oleh tenaga Kesehatan.
Sasaran kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia bawah dua tahun (Baduta). Mempersiapkan remaja putri untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga pada saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat, berperilaku sehat dan bayi dalam kandungan lahir dengan selamat, sehat serta cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk dilakukan IMD, mendapatkan ASI ekslusif, pemberian makan pada bayi dan anak yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal.
Pemerintah Kecamatan Keritang sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus balita stunting, melalui Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.
Tulis Komentar