Porospro.com - Lazimnya di kawasan-kawasan Melayu Riau, mayoritas penduduk Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) pemeluk agama Islam. Maka tak heran, kebudayaan Islam yang sangat kental disana.
Seperti salah satunya pada penyambutan Tahun Baru Hijriah yang sejak dahulu kala sudah dilakukan masyarakat seantero Inhil hingga ke ceruk-ceruk kampungnya.
Berbeda dari tempat lain yang juga mengadakan acara untuk penyambutan Tahun Baru Islam ini dan biasanya diisi dengan acara do’a bersama dan tausyiah saja, di Indragiri Hilir, tepatnya di ibukotanya Tembilahan, acara dibuat sangat meriah.
Sebelum pandemi Covid-19 mewabah di negeri ini, masyarakat selalu tumpah ruah meramaikan acara yang diadakan 10 hari ini, khususnya dihari ke 10 yaitu hari puncak dalam helat yang kini diberi nama Gema Muharram.
Sejak Pemkab Inhil menatanya rapi, khususnya sejak Inhil dipimpin Bupati H. Muhammad Wardan, 2014 lalu, melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Inhil menggelar kegiatan yang diangkat dari budaya masyarakat lokal ini kemeriahannya memang terasa berbeda.
Ribuan masyarakat se-Indragiri Hilir akan berbondong ke lapangan Gajah Mada, Tembilahan, lokasi pelaksanaan kegiatan.
Semakin meriah acara ini pada hari puncak acara itu di 10 Muharram. Bahkan sejak tahun itu pula, kegiatan ini berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Rekor tersebut adalah untuk kategori “Bubur Assyura Terbanyak” pada tahun 2014, “Penampilah Shalawat Nariyah Terbanyak” pada tahun 2015, dan “Penampilan Penabuh Berdah Terbanyak” pada tahun 2016, serta “Tabak Bunga Telur Terbanyak” pada tahun 2017.
Event yang kini telah menjadi agenda tahunan tersebut, setiap tahunnya akan diselenggarakan pada tanggal 1 sampai dengan 10 Muharram.
Pada masa itu, masyarakat memeriahkan tahun baru Hijriah dengan melaksanakan kegiatan yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa syukur dan kualitas keagamaan.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi, do’a bersama pergantian tahun, berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, tabligh akbar, tausiah, pawai ta’aruf, dan bermacam perlombaan keagamaan seperti lomba shalawat nariyah, lomba pembacaan syair ibarat, hingga lomba pembacaan puisi religi, dan pertunjukan teater religi.
Salah satu hal yang menarik dalam Event ini adalah memasak Bubur Assyura. Bubur yang pada sejarah zaman Nabi Muhammad SAW dimasak masa-masa perang, turut dilakukan oleh masyarakat Indargiri Hilir.
Bubur Assyura merupakan bubur yang pada pengolahannya mencampurkan beberapa bahan makanan. Sehingga memiliki rasa khas jika dinikmati.
Tradisi memasak Bubur Assyura ini sudah lahir dari zaman dahulu di kalangan masyarakat Indragiri Hilir. Namun, dibawah Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, kegitan tersebut menjadi event masak bersama dalam rangka menumbuhkan nilai hidup bergotong royong dan kekeluargaan.
Daya tariknya adalah Festival Gema Muharram di hari ke sepuluh (puncak) yang biasanya akan dihadiri puluhan ribu orang. Selain itu, terdapat pula pertunjukan-pertunjukan Religi setiap malam selama 10 hari penuh, khususnya di Kota Tembilahan.
Biasanya, rangkaian kegiatan Gema Muharram terdapat Pawai pada tanggal 1 Muharram, doa pergantian Tahun Baru Hijriah, dan Ceramah Agama. Kemudian pada tanggal 2-9 Muharram, biasanya digelar Lomba dan Pertunjukan Seni Islam
Bazaar.
Tak habis sampai di situ, pada tanggal 10 Muharram merupakan perayaan puncak Berbuka Puasa bersama dengan Bubur Asyura. (Advertorial)
Tulis Komentar