Porospro.com - Industri pembiayaan (multifinance) sudah lebih optimistis berkaitan perbaikan kinerja piutang pembiayaan pada tutup buku 2021 berkat keputusan pemerintah memperpanjang insentif pajak barang mewah (PPnBM) beberapa jenis mobil baru.
Sebagai informasi, mobil baru merupakan penyumbang terbesar outstanding industri multifinance dengan nilai mencapai Rp108,81 triliun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2021.
Total piutang pembiayaan industri sendiri mencapai Rp384,61 triliun, tercatat terkoreksi 2,36 persen (year-to-date/ytd) ketimbang akhir 2020, dan terjun 9,25 persen (year-on-year/yoy) dari periode Juli 2020.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memproyeksi bahwa kendati total outstanding pembiayaan masih akan terkontraksi pada akhir 2021, perpanjangan diskon PPnBM membawa optimisme lebih pada kinerja industri.
"Sebelumnya, proyeksi [outstanding] masih bisa terkontraksi di kisaran 1 sampai 5 persen. Insentif PPnBM ini kami lihat akan menjaga minat masyarakat terhadap pembelian mobil, dan kalau target industri otomotif terlampaui di akhir 2021, kontraksi outstanding kami bisa ditekan 1 sampai 3 persen saja," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (25/9/2021).
Suwandi melihat bahwa pembiayaan mobil baru di era PPnBM selama 6 bulan terakhir masih terkendala oleh keterbatasan supply unit yang tersedia dari pabrikan.
Hal ini ditambah para pemain multifinance kebanyakan masih konservatif dalam menyalurkan pembiayaan mobil baru, seiring dengan masih tingginya tingkat ketidakpastian kondisi debitur.
Salah satunya, lewat mematok uang muka (DP) yang tinggi, sehingga permintaan kredit beberapa segmen masyarakat pun belum bisa disetujui.
Oleh sebab itu, apabila diskon PPnBM berlanjut sampai akhir 2021, yang notabene juga 'musimnya' membeli atau berganti mobil karena tren daya beli yang membaik, masyarakat yang permintaannya belum bisa disetujui tersebut punya potensi terakomodasi dan akhirnya menyumbang nominal outstanding untuk 2022.
"Walaupun outstanding untuk mobil baru ini belum bisa kembali ke sebelum pandemi Covid-19 [di kisaran Rp135 triliun], masih jauh dari kata normal, pulihnya daya beli mereka di kuartal IV/2021 akan membantu sekali untuk perbaikan kinerja para pelaku industri buat 2022," tambahnya.
Sumber: bisnis.com
Tulis Komentar