PENGABDIAN MAHASISWA KUKERTA UNRI DUKUNG PROGRAM CEGAH STUNTING MELALUI INOVASI MAKANAN UBI DI DESA PEKANKAMIS INHIL

PENGABDIAN MAHASISWA KUKERTA UNRI DUKUNG PROGRAM CEGAH STUNTING MELALUI INOVASI MAKANAN UBI DI DESA PEKANKAMIS INHIL

Porospro.com, INHIL - Stunting sudah lama menjadi isu prioritas nasional, setelah Badan Kesehatan Nasional (WHO) menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk. 

Penetapan ini didasarkan pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menggabarkan bahwa kasus stunting di Indonesia melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh WHO, yakni maksimal seperlima dari jumlah keseluruhan balita (sekitar 20 persen).

Bahkan setelah terjadi penurunan dari tahun ke tahun, jumlah balita stunting di Indonesia masih berada di atas angka 20 persen yaitu 24,4 persen.

Stunting disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang. Selain itu, infeksi kronis yang berulang pada anak juga ikut andil dalam penyebab stunting, salah satunya seperti cacingan. Balita yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dibandingkan anak seusianya.

Masalah stunting sering dianggap sebagai faktor keturunan (genetik) sehingga banyak orangtua menerima dan tidak berbuat apapun untuk mencegahnya. Padahal, tinggi badan anak lebih dipengaruhi faktor selain genetik, yakni perilaku, gizi, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang bisa dicegah, Pencegahan stunting penting untuk mencapai SDM yang berkualitas. Stunting menyebabkan otak anak tidak berkembang optimal, sehingga menurunkan kemampuan kognitif. Ketika kecerdasan menurun, prestasi dan produktivitas anak menjadi terpengaruh. 

Hal ini selaras dengan hasil riset yang dipublikasikan Lancet pada 2017. Studi menyebutkan penghasilan balita stunting ketika usia produktif lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh normal.

Di Desa Pekan Kamis, kabupaten Indragiri Hilir, pada tahun 2022 ditemukan adanya tiga kasus anak kekurangan gizi yang dimana jika dibiarkan akan menjadi kasus stunting. 

Maka untuk mencegah kasus stunting di Desa Pekan Kamis, kelompok Kukerta Universitas Riau melakukan program inovasi makanan dengan memanfaatkan bahan pangan di desa Pekan Kamis. 

Tujuan dari program ini adalah membuat makanan tinggi akan gizi dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada di Desa Pekan Kamis. Namun, tidak hanya membuat makanan tinggi akan gizi program ini juga bertujuan meningkatkan kreativitas sehingga makanan tersebut dapat dijadikan UMKM yang tinggi akan gizi.

Sasaran pada program ini adalah kelompok ibu PKK atau Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Peran ibu-ibu PKK adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan Indonesia. 

Salah satu potensi sumber daya alam untuk mencegah stunting di Desa Pekan Kamis diantaranya adalah singkong. Sehigga pada program ini bahan baku yang dipakai adalah singkok. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada beberapa jenis singkong kandungan nutrisinya besar. yaitu mentega 2 dan carvita 25. Dua jenis singkong tersebut 

mengandung empat nutrisi penting untuk mencegah stunting yakni beta karoten vitamin A, zat besi, protein, dan seng. 

Pengelolaan singkong menjadi makanan tinggi akan gizi adalah membuat singkong tersebut menjadi tepung singkong atau biasa disebut tepung mocaf yang dimana tepung singkong tersebut terbukti bebas gluten (gluten free) dan dianggap lebih sehat dibanding tepung terigu karena lebih rendah kalori, gula dan lemak.

Inovasi makanan dengan memanfaatkan tepung singkong yang dibuat oleh kelompok ibu PKK desa Pekan Kamis yaitu donat dan bolu pandan.

 Dua makanan tersebut lebih sehat karena bebas dari kandungan gluten dan memiliki kandungan gula yang rendah serta tanpa kandungan garam.

 Dengan begitu inovasi makanan tersebut dapat dijadikan salah satu variasi MPASI balita yang sehat dan bergizi untuk cegah stunting.

 Tidak hanya dapat membuat inovasi makanan yang sehat dan bergizi untuk cegah stunting, namun makanan tersebut dapat dijadikan UMKM yang sehat dan bergizi dengan memanfaatkan sumber daya alam desa Pekan Kamis yaitu singkong.

“Program inovasi makanan seperti ini bisa bermanfaat menjadi UMKM desa dan semoga kedepannya kegiatan seperti ini dapat terus berjalan dengan menggunakan sumber daya alam lainnya.” Ujar Misman selaku kepala Desa Pekan Kamis. (Rilis) 

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: redaksiporospro@gmail.com Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar