Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Tanah Merah Tahun 2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting Kecamatan Tanah Merah Tahun 2024

Porospro.com, - Stunting adalah kondisi panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun. (19/09/24) 

Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting dipengaruhi langsung  oleh penyakit menular dan kekurangan kuantitas dan kualitas asupan pangan. Faktor yang  secara tidak langsung mempengaruhi kejadian stunting adalah faktor sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga. Terdapat faktor lainnya yaitu pendidikan orang tua,  pekerjaan orang tua, pemberian ASI eksklusif,  status vaksinasi, cakupan fasilitas kesehatan, dan  pola asuh orang tua yang tidak tepat.

Pada tahun 2021 Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan lokasi Fokus (Lokus) untuk tahun 2022, 40 Desa/Kelurahan. Rembuk stunting tersebut dilakukan di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan lokus. Sehingga diketahui permasalahan dan pemecahan masalah masing-masing Desa/Kelurahan lokus di Kabupaten Indragiri Hilir. Berikut Grafik jumlah angka kasus stunting tahun 2022, 2023 dan 2024 di Kecamatan Tanah Merah :

Dari grafik diatas menunjukkan prevalensi stunting di Kecamatan Tanah Merah mengalami peningkatan dari tahun 2022 sebanyak 2,1% kasus menjadi 2,9% kasus pada tahun 2023. Namun terjadi penurunan dari 2,9% kasus pada tahun 2023 menjadi 2,4% kasus pada tahun 2024. Dari  8 desa, terdapat 2 desa yang menunjukkan penurunan prevalensi stunting dari tahun 2022 ke tahun 2024 yaitu Desa Sungai Nyiur dan Desa Sungai Laut. Hal ini menunjukkan bahwa adanya konvergensi program/intervensi dalam upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan prevalensi stunting di Kecamatan Tanah Merah. Namun perlu tetap dilakukan penanganan dan upaya yang lebih maksimal agar penurunan angka stunting lebih signifikan.

Berbagai upaya yang telah dilakukan di kecamatan tanah merah guna menurunkan angka stunting  melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :

Pelatihan pencegahan dan penanggulangan anak stunting yang di lakukan 1 kali setahun

Penyuluhan dan sosialisasi ASI Ekslusif dan IMD pada ibu hamil di dalam kegiatan kelas ibu hamil dan kelas balita yang di lakukan 3 bulan sekali

Kegiatan pemberian daun kelor pada ibu hamil dan catin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk dalam inovasi puskesmas di lakukan setiap bulan

Pengusulan bantuan BLT pada semua anak stunting melalui desa masing-masing, yang diterima ibu balita setiap bulannya

Pengusulan bantuan melalui CSAR perusahaan berupa susu dan bantuan lain yang dilakukan selama 3 bulan pemantauan

Melakukan kunjungan rumah pada semua anak stunting dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan langsung kepada orang tua dan keluarga pentingnya PHBS yabg dilakukan setiap 1 minggu sekali

Memberikan PMT lokal dan PMT mitra pada anak stunting yang di lakukan setiap hari selama pemantauan

Melakukan MP-ASI pada anak-anak yang dilakukan pada 3 bulan sekali

Melakukan pendampingan apabila anak stunting belum mendapatkan BPJS atau belum masuk di KK orang tua melalui pihak desa dan puskesmas UHC yang dilakukan oleh Tenaha kesehatan bersama linsek terkait dilakukan setiap hari. 

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan gizi (stunting) balita di Kecamatan Tanah Merah adalah sebagai berikut :

ASI Eksklusif

ASI dikenal sebagai makanan penting untuk bayi baru lahir selama enam bulan pertama kehidupan mereka. ASI juga mengandung antibodi yang membantu sistem kekebalan bayi. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian stunting. Sebagian anak stunting  tidak mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 12 orang dengan alasan asi tidak keluar dan kurangnya pengetahuan ibu.

Imunisasi Dasar Lengkap

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit termasuk risiko terjadinya stunting. Hal ini dapat dilihat dari data 22 balita stunting di Kecamatan Tanah Merah, 4 diantaranya tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Paparan asap rokok

Paparan asap rokok yang terlalu lama meningkatkan kadar nikotin dalam tubuh. Nikotin dapat membatasi suplai oksigen hingga 30-40% dan mengganggu penyerapan nutrisi seperti kalsium, mineral, dan vitamin C, yang diperlukan untuk pertumbuhan tinggi badan anak. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa 18 anak balita stunting terpapar oleh asap rokok.

Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Kondisi air dan sanitasi yang buruk juga berkontribusi pada tingginya prevalensi stunting. Sumber air bersih yang dikonsumsi oleh anak stunting berasal dari air hujan. Dari 22 anak stunting, 4 diantaranya tidak memiliki sumber air bersih.

Gizi pada balita

Status gizi anak berhubungan dengan risiko stunting pada anak usia 0-23 bulan, menyiratkan bahwa anak dengan status gizi rendah akan menyebabkan anak menjadi stunting. Kurangnya asupan gizi seimbang dapat berpengaruh pada kualitas hidup anak di masa mendatang. Dilihat dari 22 balita stunting Kecamatan Tanah Merah, 9 diantaranya kurang konsumsi seimbang.

Penyakit infeksi

Penyakit infeksi adalah faktor lansung penyebab stunting. Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, ISPA, diare dan penyakit lainnya yang erat kaitannya dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup bersih dan berperilaku sehat. Beberapa kasus penyakit infeksi di Kecamatan Tanah Merah yaitu diare, ISPA, TB paru.

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: redaksiporospro@gmail.com Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar