Apa Kabar Taman Nasional Gunung Leuser?

Apa Kabar Taman Nasional Gunung Leuser?

Porospro.com - Segenap destinasi wisata mulai beroperasi di era new normal. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) masih menunggu keputusan pemda.

"Arahan dari Jakarta untuk mempertimbangkan kebijakan Pemda. Sampai sekarang Pemda belum ada kebijakan terbaru," ujar Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TNGL Adhi Nurul.

Selain wisatawan, seluruh penelitian yang dilangsungkan di TNGL juga diliburkan. Bahkan pihak TNGL memberikan surat resmi penghentian penelitian kepada lembaga yang bersangkutan. "Kami fokus pengamanan kawasan, penjagaan pintu masuk dan monitoring keanekaragaman hayati," jelas Adhi.

Kalau taman nasional Afrika kemasukan pemburu, tak jauh beda dengan TNGL. Di saat sepi wisawatan, TNGL disusupi oleh penebang liar.

"Waktu itu pas puasa. Pelaku sudah kami laporkan ke polres setempat," ungkapnya.

Di tengah pandemi, TNGL justru banyak mendapat kabar bahagia. Salah satunya adalah kambing hutan sumatera yang terlihat kembali. Kambing Hutan Sumatera memiliki nama alias Sumatran Serow. Di Indonesia, penyebarannya hanya ada di pulau Sumatera.

Status konservasinya saat ini rentan atau vulnerable (VU) karena diyakini mengalami penurunan yang signifikan (mungkin lebih dari 30%, sejak 21 tahun terakhir). Jumlah Kambing Hutan Sumatera menurun akibat perburuan maupun hilangnya habitat.

"Tak cuma itu, ada harimau sampai orangutan," tambahnya.

Selama tak ada pengunjung, kawasan TNGL mengalami rehat dan pemulihan. Hal ini terlihat dari beberapa jejak satwa dan anakan pohon yang tumbuh di sekitar jalur aktivitas wisata.

TNGL rupanya pernah juga ditutup sebelum Corona. Namun penutupannya di luar zona pemanfaatan atau bukan lokasi wisata.

Berbagai negara seperti Thailand mulai menyadari dampak dari Corona. Ke depannnya mereka akan menutup area taman nasional selama beberapa kali dalam setahun, agar alam bisa recovery.

Bagaimana dengan TNGL?

"Iya, karena dalam peraturan pengelolaan kawasan konservasi ada kebijakan untuk menutup kawasan dengan beberapa pertimbangan yaitu, adanya potensi kerusakan kelestarian ekosistem kawasan, adanya potensi ancaman terhadap pengunjung (misalnya harimau berkeliaran), dan adanya ancaman terhadap flora-fauna (keanekaragaman hayati)," pungkasnya.

 

Sumber: detik.com

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: [email protected] Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar