Porospro.com - Sakit pinggang mempunyai banyak jenis dan faktor penyebabnya. Salah satu di antaranya adalah ankylosing spondylitis, yaitu nyeri pinggang bagian bawah yang disebabkan oleh autoimun.
"Sudah terbukti ada peran dari faktor genetik yang disebut gen HLA-B27," kata Laniyati Hamijoyo, dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi di Bandung, Sabtu 15 Agustus 2020. Gen itu meningkatkan risiko beberapa penyakit reumatik.
Hanya saja, Laniyati melanjutkan, tidak semua orang dengan gen HLA-B27 pasti mengidap ankylosing spondylitis. "Gejala awal umumnya sakit pinggang," katanya dalam acara webinar tentang nyeri pinggang yang disebabkan autoimun pada Sabtu, 15 Agustus 2020 bersama Novartis Indonesia dan Phase Academia Klinik Perisai Husada, Bandung.
Salah satu cara untuk mengetahui seseorang memiliki gen HLA-B27 atau tidak adalah lewat pemeriksaan darah di laboratorium. Kebanyakan pasien ankylosing spondylitis, menurut Laniyati, tidak menyadari penyakit itu hingga akhirnya memeriksakan diri ke dokter dalam kondisi yang cukup parah. Kondisinya bisa berupa sakit pinggang yang telah berkepanjangan hingga mengalami gangguan fungsi gerak.
Laniyati Hamijoyo yang juga dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Santo Borromeus Bandung itu, melanjutkan, ankylosing spondylitis termasuk kelompok penyakit reumatik juga autoimun. Selain terjadi pada pinggang, biasanya gejala pasien dengan ankylosing spondylitis berupa peradangan atau rasa sakit dan kaku di bagian bahu, pinggul, atau tumit. Terkadang disertai keluhan mudah lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas.
Lantaran bersifat progresif, pasien dengan ankylosing spondylitis sering merasakan sakit yang berpindah ke bagian tubuh lain seperti lutut, pergelangan kaki, dan siku. Ada pula yang merembet ke nyeri pada leher yang hilang dan muncul tiba-tiba. Orang awam biasa menyebutnya akibat 'salah bantal'.
Nyeri pinggang kategori ankylosing spondylitis tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga anak-anak usia 9 sampai 10 tahun. "Tetap bisa diobati," ujar Laniyati. Selain tidak nyaman, nyeri pinggang itu mengganggu fungsi gerak. Untuk membungkuk misalnya bakal susah atau kesakitan.
Pada pasien dengan ankylosing spondylitis yang berat, kata Laniyati, terjadi penyatuan ruas-ruas tulang belakang. Kaum pria berisiko lebih besar terkena ankylosing spondylitis dibandingkan wanita. Umumnya gejala mulai timbul pada usia 15 sampai 45 tahun.
Belum ada data pasti mengenai jumlah penderita ankylosing spondylitis di Indonesia. Sementara itu, berdasarkan sebuh survei, jumlahnya penderita ankylosing spondylitis di Asia Tenggara sekitar 0,2 persen. "Ada dua dari seribu orang mengalami ankylosing spondylitis," kata Laniyati.
Nyeri pinggang ankylosing spondylitis tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, berbagai pengobatan dan terapi mampu mengurangi rasa sakitnya. Pasien ankylosing spondylitis harus berusaha memperbaiki posisi tubuh dan mengubah kebiasaan saat mengangkat barang, makan makanan segar, dan berhenti merokok.
Pasien juga disarankan cukup istirahat dan berolahraga teratur sesuai kemampuan. "Olahraga terbaik untuk pasien ankylosing spondylitis adalah senam dan berenang," ujarnya. Mengenai pengobatan, Laniyati mengatakan, ada terapi dengan obat anti-inflamasi non steroid.
Sumber: tempo.co
Tulis Komentar