Pertamina Gali Harta Karun Ini

Indonesia Mau Jadi 'Raja Minyak'

Indonesia Mau Jadi 'Raja Minyak'
Foto: Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional.

Porospro.com - Pemerintah memberikan target kepada PT Pertamina (Persero) untuk mengembalikan kejayaannya Indonesia sebagai raja minyak. BUMN Migas ini diberikan target untuk bisa mendorong produksi minyak Indonesia menjadi 1 juta barel per hari (bph).

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pernah mengungkapkan pemerintah mengejar produksi minyak dan lifting 1 juta bph. Semula, target ini diagendakan tercapai pada 2030, namun diminta dipercepat menjadi 2025.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan target produksi minyak nasional 1 juta bph merupakan PR besar bagi Pertamina. Tahun ini target produksi minyak nasional adalah sekitar 750 ribu bph. Untuk Pertamina sendiri, dari bahan RKAP 2020, target produksi minyak tahun ini adalah sekitar 387 ribu bph, naik dari tahun lalu 371 ribu bph.

Untuk menggenjot produksi minyak, Nicke mengatakan, belanja investasi (capex) Pertamina akan banyak dialokasikan untuk sektor hulu. "Kenaikan produksi minyak ini bisa menurunkan angka impor," kata Nicke di Jakarta, Jumat lalu.

Pertamina bakal menggenjot sektor hulu migasnya, dengan menggencarkan pengeboran-pengeboran sumur minyak yang ada agar produksinya bisa optimal. Bahkan dia mengatakan, ada harta karun terpendam di perut bumi Indonesia yang bisa membantu Indonesia mengembalikan kejayaan sebagai raja minyak. Apa itu.

"Di sektor hulu migas ada sumur bekas pengeboran yang tidak diaktifkan, jumlahnya 9.000. Ini bisa kita garap karena biaya investasinya hanya 25% dibandingkan biaya eksplorasi dari awal. Jadi Indonesia punya harta karun terpendam di perut bumi," ujar Nicke.

Meski ada 9.000 sumur bekas pengeboran, bahan RKAP 2020 menyebutkan, tahun ini Pertamina menargetkan pengeboran 411 sumur. Dari jumlah ini 23 adalah sumur eksplorasi dan 388 sumur eksploitasi. Jumlah pengeboran ini naik dari tahun lalu 351 sumur.

Anggaran investasi Pertamina untuk sektor hulu mendapat porsi terbesar. Dari data Pertamina, tahun ini anggaran investasi adalah US$ 7,8 miliar, naik 84% dari tahun sebelumnya US$ 4,2 miliar. Rinciannya:

- Hulu mendapat US$ 3,7 miliar

- Upgrade kilang US$ 1,9 miliar

- Infrastruktur hilir US$ 1,2 miliar

- Proyek investasi subholding gas US$ 800 juta

- Lain-lain US$ 300 juta

Dari mana Pertamina akan mendapatkan dana untuk menggenjot sektor hulu dan meningkatkan produksi minyaknya? Nicke mengatakan, Menteri BUMN, Erick Thohir, memberikan tantangan kepada Pertamina untuk bisa mendapatkan dana hasil optimalisasi aset-asetnya.

"Kami diberikan tantangan oleh Pak Erick bagaimana aset-aset Pertamina bisa memberikan nilai tambah hingga US$ 100 miliar," katanya.

Cara yang akan ditempuh Nicke adalah dengan melakukan penawaran perdana saham anak usaha kepada publik di pasar modal (initial public offering/IPO). 

"Ada beberapa anak usaha di sektor hulu yang akan kita IPO-kan,serta menawarkan kerja sama kepada pihak lain untuk menggarap sejumlah wilayah kerja migas. Sektor hulu migas Pertamina akan mendapatkan masa-masa yang menyenangkan karena ada dinamika yang positif. Sektor hulu akan memberikan nilai tambah yang besar bagi Pertamina," papar Nicke.

Untuk mengurangi ketergantungan impor minyak dan BBM yang menjadi perhatian pemerintah saat ini, selain menggenjot produksi minyak domestik, Pertamina juga terus mengerjakan proyek-proyek kilang yang sudah direncanakan.

Nicke menuturkan, banyak orang yang bertanya-tanya apakah proyek-proyek kilang Pertamina dibangun atau tidak. "Karena itu kami membuat progres mingguan proyek-proyek kilang. Sampai juga progres pembuatan peralatan-peralatannya di luar negeri. Kilang-kilang Pertamina memang sudah pada tua. Tapi kami terus optimalkan dengan perawatan yang baik," kata Nicke.

Sementara Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang, mengatakan saat ini kapasitas produksi kilang minyak Pertamina 1 juta bph, sementara produksi BBM dari kilang-kilang itu adalah 650 ribu-700 ribu bph. "Konsumsi BBM dalam negeri itu 1,3 juta bph. Jadi harus ada impor 500 ribu-600 ribu bph. Karena itu tidak ada pilihan harus bangun kilang. Pertama kami melakukan upgrading kilang-kilang yang tua," ujarnya.

Saat ini Pertamina memiliki 5 kilang, masing-masing di Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, dan Balongan. Kilang baru yang rencananya akan dibangun adalah di Tuban dan Bontang.

Pengembangan kilang tua dan pembangunan kilang baru akan membuat total produksi kilang Pertamina naik menjadi 2 juta bph di 2025 atau 2026, dan jumlah ini membuat Indonesia bisa bebas dari impor BBM. Selain menghasilkan BBM, kilang-kilang ini juga ditargetkan memproduksi produk petrokimia 12 juta ton per tahun.

Selama ini, kilang-kilang Pertamina hanya bisa mengolah minyak mentah dari dalam negeri saja, jadi spesifikasinya terbatas. Lewat pengembangan (updgrade), kilang-kilang ini nantinya juga bisa mengolah minyak mentah impor dan menghasilkan bensin kualitas tinggi.

Pertamina 'Raja BBM'

Sementara sektor hulu masih terus digenjot, saat ini Pertamina sudah menjadi raja di sektor hilir. Pertamina masih menguasai hampir 100% penjualan BBM di dalam negeri.

Dari data yang ada, Pertamina menguasai 97% penjualan ritel BBM di dalam negeri di 2019. Tahun ini Pertamina membidik pangsa pasar 98%.

Angka penjualan bensin, LPG, avtur, hingga petrokimia yang semuanya non subsidi mencapai 86 juta kiloliter (KL) tahun lalu, dan tahun ini ditargetkan 91 juta KL.

Sementara penjualan BBM subsidi, yaitu Premium, minyak tanah, solar dan biosolar mencapai 27,5 juta KL tahun lalu. Tahun ini ditargetkan turun menjadi 25,8 juta KL. Penjualan LPG subsidi tahun lalu 6,8 juta metric ton dan ditargetkan 7 juta metric ton tahun ini.

"Bensin masih impor, tapi ke depan kami akan membuat biogasoline, dengan mencampur bensin dengan metanol atau etanol, sehingga impor menurun. Tahun depan juga kami akan B100 pertama di dunia, diproduksi di kilang Cilacap," kata Nicke.

Tahun ini, Pertamina merencanakan impor minyak mentah 83 juta barel, turun dari 2019 yang sebesar 86 juta barel. Sementara impor Premium dan Pertamax tahun ini adalah 119 juta barel, naik dari tahun lalu yang sebesar 118 juta barel. Impor LPG tahun ini direncanakan 6 juta metric ton, naik dari tahun lalu 5,8 juta metric ton.

Sumber: CNBCIndonesia.com

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: [email protected] Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar