Porospro.com - Hari ini, Rabu 6 Juli 2022, Irjus indrawan mengikuti promosi Doktor di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi.
Ternyata, anak dari pasangan alm Jasman dan Salimah ini adalah pria pertama bergelar doktor dari Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.
Kesehariannya adalah seorang dosen di Universitas Islam Indragiri (Unisi), tepatnya di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI).
Hebatnya lagi, program pendidikan S3 ini ditempuhnya tanpa biaya. Sebab, pria yang dikenal Anak Parit ini berhasil lolos seleksi Beasiswa S3 dalam negeri yang diselenggarakan oleh Kemenag RI dalam Program 5000 Doktor pada tahun 2018 silam.
"Dan alhamdulillah hari ini tahun 2022 saye mampu mempertahankan disertasi saye," ucap Irjus berlogat melayu.
Menurutnya, pendidikan itu merupakan senjata paling ampuh untuk mendobrak kebodohan dan kemiskinan. Maka dari itu, dia terus ingin berbuat dan belajar secara terus menerus.
Dia sangat bersyukur karena mampu mematahkan pandangan negatif tentang "Anak paret sulit untuk sekolah tinggi, anak paret adalah anak yang terkebelakang akan pendidikan".
"Jika ada niat, insya Allah dari terbatas akan melewati batas," singkatnya.
Irjus indrawan yang juga dikenal dengan gelar Irjus anak Paret itu lahir di sebuah kampung Parit Nibung Desa Pungkat Kecamatan Gaung. Dia dibesarkan dari keluarga yang sederhana.
"Dulu Saye tidak pernah terpikirkan akan mampu mencapai jenjang srata pendidikan tertinggi ini, karena kondisi ekonomi orangtua, dan susahnya akses pendidikan pada waktu itu. Namun semangat dan dorongan orangtua akhirnya saye bertekat untuk dapat sekolah tinggi paling tidak dapat melebihi pendidikan orangtua, karena orangtua saya hanya tamat SR (SD). Dan alhamdulillah saye mampu sampai mencapai Strata Tiga (S3). Jangan pernah putus asa, selagi ada niat, InsyaAllah dari yang terbatas akan melampaui batas," paparnya.
Mudah mudahan, lanjutnya, keberhasilan dalam menggapai pendidikan ini, mampu memberikan motivasi kepada khalayak ramai khususnya anak-anak parit, tidak perlu takut untuk bermimpi besar, kalaupun jatuh, maka katanya, jatuhnya pun masih diantara para bintang.
"Memang dalam kuliah itu butuh uang, karena banyak hal yang harus menggunakan uang, dulu, sewaktu s1 dan S2, saye kuliah dg biaya mandiri, karena orangtua ekonominya sulit, sehingga tidak cukup untuk biaya hidup di pekanbaru riau, dulu saye sering makan apa adanya, jauh dari kata 4 sehat 5 sempurna, saye sambil kuliah sambil kerja, kerja serabutan, nambal ban, cuci motor, ngamen, dan saye sering jadi stokar oplet untuk ke kampus, selain dapat uang juga gratis ke kampus," urainya sambil tertawa kecil.
Pada intinya, tidak perlu malu untuk bekerja selagi halal, karena tujuan kuliah untuk merintis masa depan yang lebih baik dan membahagiakan orangtua bukan untuk KULIAH BERGAYA.
"Yang pertama dalam memotivasi saye untuk kuliah adalah Alm. Ayah saye, ibu dan abangda Jauhari. Mereka selalu memberikan motivasi untuk selalu bangkit disaat sedang terpuruk. Selain itu, orang yang sangat memberikan saya motivasi adalah Bapak Dr. H. Indra Muklis Adnan yang merupakan mantan bupati Indragiri Hilir. Walaupun beliau sudah Tua, tapi semangat beliau untuk pendidikan sangat tinggi. Beliau banyak mendirikan lembaga pendidikan, beliau juga terus kuliah, sehingga saye merasa terpanggil untuk dapat gelar akademik seperti beliau juga, alhamdulillah, akhirnya saye dapat juga gelar akademik (S3) seperti beliau," tutupnya. red
Tulis Komentar