Porospro.com - Jabatan Menteri Kesehatan Brasil di tengah pandemi Covid-19 ibarat kursi panas.
Maklum saja, pergantian baru saja terjadi. Namun, suksesornya tak tahan dengan panasnya kursi tersebut dan memilih untuk mundur.
Pada Jumat (15/5) waktu Brasil atau Sabtu (16/5) waktu Indonesia, Nelson Teich, Menteri Kesehatan Brasil yang baru secara mengejutkan mundur dari jabatannya.
Padahal, Teich baru sebulan menjabat. Dia menggantikan Luiz Henrique Mandetta pada 17 April 2020.
Mandetta sendiri yang menjabat sejak 20 November 2018 diberhentikan oleh Presiden Jair Bolsonaro karena berbeda pendapat terkait penanganan wabah virus corona.
Seperti diketahui, Bolsonaro tak setuju dengan saran Mandetta terkait social distancing. Sang Presiden justru tetap melonggarkan aktivitas masyarakat Brasil meski penularan Covid-19 makin masif.
Ternyata, Teich juga mengalami hal sama dengan Mandetta. Pria 63 tahun itu juga berselisih pendapat dengan Bolsonaro terkait kebijakan penanganan wabah Covid-19 di Brasil.
Teich dikecam Bolsonaro karena dinilai terlalu takut mendukung kebijakan untuk membuka kembali ekonomi dan menganjurkan penggunaan obat anti-malaria untuk melawan virus corona. Hal itu membuat Teich memilih untuk mundur.
Dalam konferensi pers pada Jumat (15/5), Teich berterima kasih kepada Bolsonaro karena telah memberi kepercayaan duduk di kursi Menteri Kesehatan.
Teich mengatakan dirinya telah memberikan yang terbaik, tetapi tidak memberikan alasan rinci terkait putusan meninggalkan jabatan itu.
Kehilangan Menteri Kesehatan kedua dalam waktu kurang dari sebulan memicu kecaman terhadap Bolsonaro dan para politisi mulai menyerukan pemakzulan.
Di Rio de Janeiro dan Sao Paulo, warga Brasil memukul panci dan wajan dari jendela rumah mereka sebagai bentuk protes.
Sementara itu, sebagai gantinya, anggota militer kabinet Brasil mendesak Wakil Menteri Kesehatan Eduardo Pazuello yang merupakan seorang jenderal Angkatan Darat aktif, untuk menjadi Menteri Kesehatan yang baru untuk sementara.
Teich sendiri telah berjuang untuk mencapai konsensus dengan pemerintah negara bagian mengenai pedoman untuk membuka kembali ekonomi, seperti yang dituntut Bolsonaro.
Dia menyatakan keterkejutannya ketika mengetahui keputusan presiden yang mengizinkan pusat kebugaran, salon kecantikan, dan penata rambut terbuka lagi untuk umum.
Perbedaan pendapat Teich dengan Bolsonaro terkait desakan pada penggunaan hydroxychloroquine sebagai pengobatan untuk virus corona. Padahal Teich menentangnya karena kurangnya bukti ilmiah.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada bulan lalu memperingatkan terhadap penggunaan obat malaria tersebut. Peneliti medis telah menemukan bahwa obat tersebut tidak memberikan manfaat dan risiko kematian justru berpotensi lebih tinggi untuk pasien Covid-19.
Teich sendiri mengundurkan diri sehari setelah Brasil melaporkan rekor jumlah kasus Covid-19. Brasil sendiri melewati Jerman dan Prancis dalam jumlah kasus positif Covid-19. Per Jumat (16/5), berdasar data dari Worldometers, Brasil mencatat 220.291 kasus dengan angka kematian mencapai 14.962 jiwa.
Mundurnya Teich telah memicu kritik dari sejumlah pejabat partai terkait kebijakan Bolsonaro. Anggota parlemen Marcelo Ramos dari Partai Liberal yang berhaluan tengah mengatakan bahwa Bolsonaro hanya akan menerima seorang menteri tanpa memperhatikan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.
Sementara itu, pemimpin oposisi Kongres Alessandro Molon memperingatkan bahwa Brasil sedang menuju bencana kesehatan masyarakat dan mengatakan presiden harus dimakzulkan.
"Bolsonaro tak menginginkan menteri teknis. Dia menginginkan seseorang yang setuju dengan kegilaan ideologisnya, seperti mengakhiri jarak sosial dan menggunakan kloroquin," ucap Molon seperti dilansir Al Jazeera.
Kebijakan Bolsonaro dalam penanganan wabah virus corona dikritik masyarakat dunia. Terlebih, dia mengatakan kepada rakyatnya untuk mengabaikan pembatasan karantina.
Sumber: Jawapos.com
Tulis Komentar