Porospro.com, - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehamilan, kemudian setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun yang disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 (dua) tahun.
Dengan demikian periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dan semua pihak karena periode ini menjadi penentu tingkat pertumbuhan sik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK. Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis Pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa hampir semua desa di Kecamatan Kemuning terjadi penurunan persentase balita stunting dari tahun 2022 ke tahun 2023 meskipun masih ada 2 dari 12 desa yang terjadi peningkatan prevalensi stunting yaitu Desa Sekara dan Desa Lubuk Besar. Sedangkan di tahun 2024 kenaikan prevalensi stunting kembali terjadi di beberapa desa yaitu Desa Keritang, Selensen, Kemuning Tua, dan Kemuning Muda.
Garfik diatas menunjukkan bahwa adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir. Namun belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam menangani kasus stunting tersebut.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Kemuning guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :
Pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting Penyuluhan, sosialisasi ASI Ekslusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) Program penyehatan lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi Orang Tua Asuh Stunting Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian di Kecamatan Kemuning Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta adalah :
Faktor lingkungan
Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih, belum memiliki jamban sehat. Selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya stunting, masih ada ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar, masih ada bayi/balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Oleh Karena itu akan dilakukan aksi stunting ABCDE :
Aktif minum Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dan Ibu Hamil serta di anjurkan juga untuk calon pengantin
Bumil pemeriksaan kehamilan
Cukupi konsumsi protein hewani
Datang ke Posyandu setiap bulan
Ekslusif ASI 6 bulan
Kesehatan reproduksi
Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut Pemerintah pada pernikahan dini adalah, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan memberikaan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Masih rendahnya masyarakat ber PHBS
Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak memberikan ASI Ekslusif
Balita usia diatas 2 tahun tidak lagi datang ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin
Balita mendapatkan paparan asap rokok dari orang tua
Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah di Kecamatan Kemuning
Tim pencegahan dan penanggulangan stunting (TPPS) bersama dengan Puskesmas telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi di Desa. Dari hasil monitoring menunjukkan pelayanan ibu hamil, pola asuh balita, dan PHBS masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan berupa :
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK dan anemia, bayi dan balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting
Orang Tua Asuh yang membantu ibu hamil KEK dan Balita stunting
Dengan adanya penanganan tersebut di atas menunjukkan terjadinya penurunan kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia
Kelompok Sasaran Beresiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia bawah dua tahun (Baduta). Mempersiapkan remaja putri untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga pada saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat, berperilaku sehat dan bayi dalam kandungan lahir dengan selamat, sehat serta cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk dilakukan IMD, mendapatkan ASI ekslusif, pemberian makan pada bayi dan anak yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal.
Tulis Komentar