Porospro.com - Butuh ketenangan dari hingar-bingar dalam kota, coba deh datang ke tempat ini. Namannya Danau Mablu. Letaknya di Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuala Indragiri (Kuindra), Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau.
Di tempat ini, pengunjung akan mendapati air telaga yang tenang tak beriak, hijau. Suasananya begitu hening. Sangat cocok untuk menenangkan diri, ditemani kicauan burung, hembusan angin, hingga desiran suara-suara syahdu dari daun yang saling bergesekan.
Kemudian, hamparan tanaman-tanaman di sekitarnya menambah suasana asri dari objek wisata. Danau Mablu ini menyimpan suasana alam luar biasa keasriannya. Meski cukup bermedan, namun wisata kategori petuangan ini sangat eksotis yang merekomendasi pelancong dari mana saja.
Pemkab Inhil juga berusaha menjaga tempat ini agar tidak dirusak. Di kawasan ini juga masih banyak terdapat hewan-hewan. Terutama burung migran. Sebab Danau dengan air tawar ini memiliki beragam jenis fauna, khususnya spesies burung yang tersebar di sekitar kawasan tersebut.
Danau itu merupakan persinggahan burung migrasi. Burung-burung migran itu umumnya berasal dari Asia Selatan. Namun, tak jarang juga berasal dari Australia dan Asia Timur.
Salah satu spesies burung migran tersebut adalah burung Kedidi (Calidris). Burung Kedidi (Calidris) biasanya akan bermigrasi saat musim kawin. Kalau musim salju di tempat asalnya, maka kemungkinan besar Burung Kedidi juga akan migrasi dan bermain di arena Danau Mablu.
“Ini merupakan Destinasi Wisata petualang. Karena masih alami. Bahkan belum ada infrastruktur khusus menuju ke sana. Harus melalui trasportasi laut hingga ke dalam (Danau Mablu, red),” kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Junaidy S.Sos M.Si, belum lama ini.
Danau Mablu merupakan kawasan konservasi yang menjadi salah satu ikon daerah. Tahun 2015, pernah terjadi protes dari organisasi masyarakat di Inhil terkait penyelamatan kawasan ini.
Kini, Danau Mablu kian mempesona. Keberadaannya, dan suguhan panoramanya selalu menjadi bagian dari rekomendasi objek wisata yang wajib dikunjungi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kawasan Danau Mablu atau kawasan Pulau Basu secara luas merupakan kawasan hutan bakau dan hutan rawa gambut alami. Menurut catatan BLH Kabupaten Inhil pada tahun 2016, luas kawasan hutan bakau primer disana mencapai kurang lebih 300 hektar, dan luas hutan bakau sekunder kurang lebih 2.000 hektar.
Sedangkan untuk luas hutan rawa gambut primer mencapai kurang lebih 200 hektar, dan luas hutan rawa sekunder mencapai kurang lebih 1.500 hektar.
Dari kondisi hutan yang masih alami, maka tidak heran di kawasan Pulau Basu terdapat berbagai flora dan fauna langka yang dilindungi dapat disaksikan langsung. Segi pepohonan misalnya, disana sudah pasti ada pohon bakau.
Tetapi siapa sangka, wisatawan juga dapat menemukan pohon Nyirih, kayu Api-api, pohon Nibung ataupun Pinang Merah, pohon Terentang, serta ribuan spesies belukar lainnya, termasuklah Bunga Anggrek hitam yang konon bisa jadi obat panjang umur alias anti tua.
Untuk sampai ke sana, para pelancong dapat menempuh menggunakan Speedboat terlebih dahulu dari Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Inhil. Estimasi jarak tempuh kira-kira 1 sampai 1,5 jam. Biaya maksimal Rp70 ribu.
Estimasi tersebut adalah tujuan Tembilahan - Desa Sungai Bela. Untuk melanjutkan ke Danau Mablu, wisatawan harus betul-betul memperhitungkan pasang-surut. Pasalnya, tidak ada satu alat transportasi pun mampu masuk ke area danau jikalau kondisi air sedang surut. Dalam 1 kali 24 jam, terdapat 2 kali pasang dan surut. Jadwalnya tidak menentu, bisa pagi, bisa siang, bisa sore, bahkan bisa malam hingga subuh.
Dari Sungai Bela, medan yang dilalui adalah kanal/parit cukup memangkas waktu. Untung-untung air dalam sepanjang jalan. Jika surut, maka kandas di perjalanan dari muara parit yang masih dalam kawasan Tanjung Bakung. Sebab muara parit begitu luas pantai berlumpur sebagai tempat masyarakat Suku Duanu Menongkah Kerang yang telah dikukuhkan oleh pemerintah pusat sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Kiri dan kanan adalah semak belukar. Semakin ke sana, wisatawan semakin menyaksikan rimbunnya hutan. Tidak ada akses jalan darat selain jalan kaki. Hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh wisatawan jika tanpa persiapan penuh. (Adv)
Tulis Komentar