Porospro.com - Harga minyak menguat pada Senin kemarin untuk hari kelima berturut-turut, dengan Brent menuju level tertinggi sejak Oktober 2018 dan menuju USD80, karena investor khawatir tentang pasokan yang lebih ketat seiring meningkatnya permintaan di beberapa bagian dunia.
Mengutip CNBC, Selasa (28/9/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD1,44 atau 1,8 persen menjadi USD79,53 per barel, setelah membukukan kenaikan tiga pekan berturut-turut.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melonjak USD1,47 atau 2 persen menjadi USD75,45 per barel, level tertinggi sejak Juli, setelah menguat selama lima minggu berturut-turut.
Goldman Sachs menaikkan proyeksi akhir tahun sebesar USD10 untuk minyak mentah Brent menjadi USD90 per barel. Pasokan global mengetat karena pemulihan cepat permintaan bahan bakar dari wabah varian Delta virus korona dan Badai Ida yang menghantam produksi Amerika.
"Kendati kami sudah cukup lama mempertahankan pandangan minyak yang bullish, defisit pasokan-permintaan global saat ini lebih besar dari yang kami prediksi, dengan pemulihan permintaan global dari dampak Delta bahkan lebih cepat dari proyeksi di atas konsensus kami dan dengan pasokan global yang tersisa di bawah perkiraan konsensus kami," kata Goldman.
Terperangkap rebound permintaan, anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus, mengalami kesulitan meningkatkan output karena minimnya investasi atau penundaan proses pemeliharaan akibat pandemi.
"Kenaikan harga minyak terus melampaui apa yang bahkan sebagian besar pedagang yang bullish akan impikan beberapa bulan lalu, dan Brent bergerak menuju ambang USD80 per barel mencerminkan pasar minyak mentah yang sangat ketat," kata Louise Dickson, analis Rystad Energy.
"Keterbatasan pasokan Amerika akan terus memberikan sisi positif pada harga minyak, karena penghentian produksi terkait Badai Ida masih akan memengaruhi pasokan AS pada kuartal pertama 2022." Tambahnya.
Permintaan minyak global diperkirakan mencapai tingkat pra-pandemi pada awal tahun depan ketika ekonomi pulih kembali, meski kapasitas penyulingan cadangan dapat membebani prospek tersebut, kata produsen dan pedagang pada konferensi industri.
Permintaan global terlihat meningkat menjadi 100 juta barel per hari pada akhir 2021 atau pada kuartal pertama 2022, kata Presiden Hess Corp, Greg Hill.
Dunia mengonsumsi 99,7 juta barel per hari minyak pada 2019, menurut IEA, sebelum pandemi Covid-19 menghantam kegiatan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Di India, impor minyak mencapai level tertinggi tiga bulan pada Agustus, rebound dari posisi terendah hampir satu tahun yang disentuh pada Juli, karena penyulingan di importir minyak mentah terbesar kedua itu melakukan penimbunan untuk mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi.
Abu Dhabi National Oil Company merencanakan untuk memasok volume penuh dari semua kadar minyak mentah ke pelanggan berjangka di Asia pada Desember, menurut sejumlah narasumber, Senin.
Ini akan menjadi kali pertama sejak jatuhnya harga minyak pada kuartal kedua tahun lalu ketika pandemi Covid-19 menghancurkan permintaan, ADNOC tidak menerapkan pemotongan pasokan, kata mereka.
Sumber: suara.com
Tulis Komentar