Batik Khas Solo Kembali Bangkit Lewat Bisnis Online

Batik Khas Solo Kembali Bangkit Lewat Bisnis Online

Porospro.com - Dampak pandemi Covid-19 memang tak pandang bulu. Mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, pariwisata, hingga UMKM pun turut merasakan imbasnya.

Salah satu dampak pandemi juga dirasakan oleh UMKM batik di Laweyan, Solo, Jawa Tengah, yakni Batik Mahkota Laweyan.

Adanya himpitan pandemi mengharuskan Pemilik Batik Mahkota Laweyan, Juliani (Yuli) beradaptasi terhadap digitalisasi dengan merambah bisnis online agar dapat bertahan.

Batik Mahkota Laweyan merupakan penerus usaha Batik Puspowidjoto yang telah berdiri sejak 1956 dan populer dengan produksi batik tulis dan capnya.

Sepeninggalan orang tua, Yuli bercerita usaha batik tersebut sempat vakum. Namun, diluncurkannya Kampung Batik Laweyan akhirnya mendorong Yuli dan suaminya, Alpha, meneruskan kembali usaha batik dengan merek Batik Mahkota Laweyan.

"Batik Mahkota Laweyan kami dirikan pada 1 Oktober 2005. Tetapi sebetulnya ini meneruskan usaha orang tua kami. Jadi dulu orang tua pengusaha batik, qadarullah ibu meninggal di tahun 1990 dan semangat bapak untuk melanjutkan usaha itu sudah sangat kecil. Akhirnya berenti dan hanya memproduksi batik tulis, batik capnya sudah nggak dilanjutkan," ujarnya, Kamis (28/10/2021) lalu.

"Kemudian di tahun 1993 bapak meninggal, usaha batik selesai, meskipun permintaan batik masih banyak. Di 2004, Kampung Batik Laweyan di-launching dan Pak Alpha diminta untuk menjadi ketuanya. Kemudian, itu menstimulasi kami untuk membuka kejayaan masa lalu (usaha batik)," lanjutnya.

Saat memulai kembali usaha batik, Yuli mengaku dirinya sempat ragu karena rumahnya berlokasi cukup tersembunyi. Akhirnya, ia memutuskan untuk berinovasi membuat motif batik abstrak yang ia namakan Batik Super Maestro.

Batik Super Maestro merupakan produk unggulan dari Batik Mahkota Laweyan berjenis batik tulis dengan motif abstrak. Setiap produk Batik Super Maestro pun memiliki pola dan warna gradasi yang khas.

"Waktu pas launching memang ada keraguan karena rumah kami di dalam. Akhirnya kami menciptakan sesuatu yang bisa mengundang orang untuk datang, sehingga muncul ide membuat batik tulis motif abstrak, yang dulu belum ada," katanya.

Berkat motif khasnya, kini Batik Mahkota Laweyan telah dikenal di masyarakat. Bahkan, batik abstrak miliknya sempat terpampang di headline koran lokal saat pertama kali diluncurkan.

"Waktu launching kami difasilitasi salah satu mall di Solo. Mereka mengajak kami, dan diminta untuk pameran di sana agar menarik tenant untuk pameran di sana. Ternyata ketika kita pameran kebetulan disorot wartawan. Kemudian kita lihat di headline koran, produk kami yang dimunculkan di halaman pertama. Karena dulu memang belum ada motif batik abstrak yang unik, akhirnya banyak yang mau beli," tambahnya.

Kejayaan Batik Mahkota Laweyan, kata Yuli, tak lepas dari kerja keras para karyawan. Menariknya, Yuli juga mempekerjakan 4 karyawan difabel untuk memproduksi batiknya. Selain itu, Yuli menyebut inovasi dan kolaborasi juga menjadi hal penting untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya.

Saat ini, Yuli terus berinovasi menghadirkan motif batik yang berbeda seperti, wayang beber, karikatur wayang, dan lainnya. Ia juga telah bekerja sama dengan warga sekitar yang juga memproduksi batik.

"Kami itu selalu melakukan inovasi, pertama lewat motif abstrak yang sekarang sudah banyak ditiru. Kita juga memunculkan konsep batik karikatur. Ada juga batik wayang beber, tapi ini masih jadi investasi sendiri. Kami membuat wayang beber itu dengan cerita bersejarah, seperti Gunung Merapi meletus, sejarah Islam," katanya.

Sayangnya, beragam inovasi yang dihadirkan tak lantas membuat usahanya terbebas dari himpitan pandemi. Adanya PPKM saat pandemi membuat usahanya berhenti, bahkan omzetnya menurun hingga 80 persen.

"Karena selama PPKM kita diminta tutup, itu bener-bener kita off. Padahal karyawan maunya tetap kerja, saya juga nggak tega akhirnya tetap produksi. Penurunannya itu sampai 70-80%, jadi sebulan hanya dapat 20-30%. Sementara untuk menggaji karyawan hampir tidak berubah," katanya.

Meski terhimpit pandemi, Yuli tak langsung putus asa dan memutuskan untuk berfokus pada bisnis online. Dibantu anak-anaknya, ia pun menjalani bisnis online dengan bergabung di Tokopedia.

"Ketika terjadi penurunan omzet yang signifikan, mau nggak mau kami memfokuskan ke bisnis online. Customer kami juga sudah semakin banyak dari Jakarta, Bandung, Semarang, mereka akhirnya pesen online," katanya.

Baru-baru ini, Yuli juga bergabung dengan komunitas Rasa Solo di Tokopedia. Sejak bergabung dengan Rasa Solo, ia pun mengaku bisnisnya perlahan mulai bangkit kembali. Bahkan, kini ia tak perlu menggunakan uang tabungan untuk memutar modal bisnisnya.

"Beberapa bulan yang lalu kami di-approach dari Rasa Solo, dengan harapan customer kami bisa lebih merata jadi tidak cuma high class, tapi juga reguler dan milenial. Sekarang sudah mulai ada pesanan seragam lagi, alhamdulillah sudah ada omzet dan berputar lagi," ungkapnya.

"Selama ini kan penjualan 20-30%, selama ada Tokopedia cukup meningkat. Jadi, kami nggak perlu mengambil tabungan dari gaji atau non-bisnis batik . Itu sudah tidak lagi banyak diambil, jadi dana usaha sudah bisa diputar lagi meskipun belum seperti sebelum pandemi dulu," tambahnya.

Sementara itu, Program Director Rasa Solo, Michael Anggawinarta, menyampaikan adanya Tokopedia juga turut membantu para UMKM yang tergabung di Rasa Solo. Ditambah dengan hadirnya gerakan #BangkitBersama dari GoTo yang mendukung pengembangan UMKM di Indonesia.

"Rasa Solo, sebagai wadah bagi komunitas UMKM Solo, sangat terbantu dengan keberadaan Tokopedia. Berkat platform digital Tokopedia, banyak UMKM Solo, seperti Batik Mahkota Laweyan, Onde-onde Njonja Moeda, Pecel Ndeso Yu Djasmo dan masih banyak lainnya, berhasil beradaptasi dan menjadi penggerak perekonomian daerah yang terdampak pandemi," ujarnya.

"Gerakan #BangkitBersama ini sejalan dengan visi kami dan Pemkot Solo dalam mengembangkan potensi produk asli Solo sehingga bisa bersaing dan menjadi pemenang di skala nasional," pungkasnya.

Sumber: detik.com

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: [email protected] Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar