Porospro.com - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) memiliki lahan mangrove yang sangat luas. Hal itu menjadi ekowisata yang berpotensi untuk dikembangkan lebih hebat lagi dimasa yang akan datang.
Hampir semua objek wisata alam dan budaya yang ada, terutama yang menyentuh dengan sungai dan laut, memiliki pandangan/objek mangrove. Hal itu tentu saja menjadi nilai lebih bagi wisata-wisata yang sudah ada.
Contoh saja seperti; Objek wisata alam Pantai Solop, Pantai Terumbu Mabloe, Objek Mangrove Sungai Asalm, Budaya Menongkah Kerang, Tradisi Sampan Leper, dan lainnya.
Hebatnya lagi, beberapa waktu lalu pihak, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berkunjung ke Kabupaten Inhil dalam rangka merehabilitasi 7.340 hektare lahan mangrove di Inhil ini, melalui program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) dengan dukungan Bank Dunia.
Terkait rencana itu, pastinya wisata di Kabupaten Inhil akan semakin lagi. Terlepas dalam program apapun dari lembaga tersebut.
"Melalui program M4CR, BRGM akan terus berupaya melakukan percepatan rehabilitasi mangrove di Indragiri Hilir seluas 7.340 hektare," kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRGM Gatot Soebiantoro di Tembilahan, waktu itu.
Pihaknya menghimpun masukan dan kesepakatan bersama untuk berpartisipasi dalam upaya-upaya rehabilitasi mangrove di Kabupaten Inhil.
Pasalnya, laju abrasi mengakibatkan wilayah mangrove yang berkurang dari waktu ke waktu mengancam keberadaan kebun kelapa yang menjadi komoditas utama di daerah ini.
Menurutnya, pendekatan dalam rehabilitasi mangrove menggunakan kerangka 3M yaitu memulihkan, meningkatkan, dan mempertahankan. Kemudian diperkuat dengan penguatan sosial ekonomi masyarakat, kelembagaan maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia rehabilitasi mangrove. (advertorial)
Tulis Komentar