Porospro.com - Presiden Republik Indonesia memberikan arahan tentang pentingnya Sumber Daya Manusia yang memiliki talenta digital. Ditindak lanjuti oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital. Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera di 77 Kab/Kota dari Aceh hingga Lampung.
Pada hari Kamis 2 September 2021 pukul 13.30 WIB, Webinar Indonesia Makin Cakap Digital dilaksanakan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Sebagai Keynote Speaker adalah Gubernur Provinsi Riau yaitu, Drs. H. Syamsuar, M.Si., dan Presiden RI, H. Jokowi memberikan sambutan pula dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
Joko Suryono (CEO Papeja Group), pada pilar Kecakapan Digital memaparkan tema “Sukses Belajar Online Dengan Kemampuan Literasi Digital”.
Dalam pemaparannya, Joko menjelaskan ada 3 tingkatan digital skill yaitu Basic Skill (dasar menggunakan gadget), Intermediate Skill (mampu menggunakan software dan mengolah data), dan Advance Skill (mampu untuk mengolah cyber security, artificial intelligent dan sebagainya).
Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar melalui daring, luring dan gabungan, sementara untuk metode komunikasi siswa guru dan orang tua adalah 26% menggunakan media digital, 18% komunikasi langsung dan sisanya adalah gabungan. Untuk aplikasi pembelajaran terbaik antara lain rumahbelajar, setaradaring,kelaspintar, googleclassroom dan sebagainya.
Dilanjutkan dengan pilar Keamanan Digital, oleh Winarsih, M.Pd (Pengajar dan Social Activation) dengan tema “Peran Orang Tua Dalam Memberikan Ajaran Tentang Keamanan Internet Untuk Anak ”.
Winarsih membahas kewajiban orang tua di era digital antara lain pertama pahami digital parenting yaitu komunikasi, harus paham teknologi, menggunakan parental control, dan membuat aturan, ke dua orang tua adalah sebagai manager teknologi di rumah yaitu melarang anak mempunyai ponsel sendiri sebelum 14 tahun, membatasi menggunakan ponsel, tidak boleh ada ponsel saat makan dan sebagainya.
Tips agar anak aman berinternet menurut Win diantaranya mengenali platform (ajari fitur dan fungsinya), memulai obrolan dan selalu berkomunikasi serta memberikan pelajaran tentang tanggung jawab. Metode anak aman dengan gadget yaitu aktif mengawasi anak, mengatur waktu interaksi, membatasi akses situs dan selalu melakukan pemantauan.
Pilar Budaya Digital, oleh Dr. Petir Papilo, St.,M.Sc (Dosen Teknik Industri UIN Sultan Syarif Kasim Riau) yang memberikan materi “Menjaga Keamanan Digital Pada Anak Anak”.
Petir membahas dampak negatif dunia digital bagi anak anak diantaranya kurang peka sosial, minim pergaulan, individualis, egois, psikomotor yang lemah dan lain sebagainya.
Untuk mendidik anak dalam dunia digital, Petir memberikan beberapa kiat antaranya sediakan waktu mendampingi anak, batasi waktu penggunaan, kontrol situs yang di akses anak, buat kesepakatan bersama dan sebagainya. Jangan sampai anak kelewat batas beraktifitas di dunia maya karena akan berdampak buruk terutama akan menjadi kecanduan, mengakses situs yang berbahaya dan lain lain.
Narasumber terakhir pada pilar Etika Digital, oleh Sri Rahayu Ningsih , S.Pd (Guru PJOK) yang mengangkat tema “Bahaya Pornografi Bagi Perkembangan Otak Anak”.
Sri menjabarkan data yang ada dari Kemendikbud dan Yayasan Buah Hati dimana pornografi ditemukan oleh anak anak 24% dari komik, 22% dari internet 17% dari permainan. Latar belakang anak tertarik pornografi menurut Sri antara lain karena bosan, kesepian, marah, tertekan dan lelah. Dampak pornografi pada anak antara lain kerusakan otak, penyimpangan perilaku, penurunan kinerja dan yang sangat berbahaya adalah terjerat bisnis pornografi.
Tips untuk orang tua dalam mencegah anak terpapar pornografi adalah memberikan perhatian dan kasih sayang, dampingi anak, menempatkan komputer di ruang keluarga, memasang aplikasi pengaman di ponsel, mengenali teman dan lingkungan sekitar serta melatih anak untuk berkata TIDAK terhadap ajakan pornografi.
Webinar diakhiri, oleh Tya Yustia (seorang konten kreator & TV Presenter) memberikan sharing session dengan lebih menekankan peranan orang tua dalam menjaga, mengawasi dan melindungi anak anak dari dampak negatif dalam bermain di dunia maya.
Menurut pengalaman Tya, bahwa saat ini anak di bawah umur sudah banyak mengetahui tentang seks dan hal ini sangat berbahaya bagi masa depan mereka, peranan orang tua, guru dan Pemerintah sangat penting dalam menangkal pornografi bagi anak anak.(rilis)
Tulis Komentar