Ambil Positifnya, Wabah Corona Berikan Sisi Baik Umat Manusia

Ambil Positifnya, Wabah Corona Berikan Sisi Baik Umat Manusia
Foto: Infografis/Alert! WHO Resmi Tetapkan Corona Sebagai “Pandemi”/Aristya Rahadian Krisabella

Porospro.com - Kepanikan luar biasa langsung mewarnai dunia setelah wabah virus corona (COVID-19) yang mematikan muncul di Wuhan, China pada Desember lalu.

Ada berbagai alasan masuk akal yang membuat banyak orang panik atas munculnya COVID-19. Pertama, virus itu bisa menyebar dengan cepat dan menimbulkan gejala yang bisa berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan segera dan benar. Kedua, belum ada anti-virus atau vaksin untuk virus yang masih sekeluarga dengan SARS ini.

Perlu diketahui, per Rabu sore (18/3/2020), sudah ada 202.272 orang terinfeksi COVID-19 dengan total korban meninggal sebanyak 8.012 orang, menurut Worldometers. Sementara penyebarannya sudah sampai ke sekitar 155 negara di seluruh benua, kecuali Antartika.


Dampak yang dibawa virus ini bukan hanya hal-hal tersebut, namun juga telah memporak-porandakan ekonomi banyak negara. Bahkan, beberapa negara terancam masuk ke jurang resesi karenanya dan ekonomi dunia terancam mengalami perlambatan.

Namun demikian, menurut antropolog interdisipliner dan ilmuwan kognitif Samuel Paul Veissière Ph.D., ketakutan yang berlebihan yang muncul terhadap virus itu justru merugikan. Sebab, bisa menimbulkan risiko sosial, ekonomi, dan psikologis yang bisa hadir tanpa disadari.

"Menurut saya pada saat itu adalah bahwa kecemasan global itu tidak proporsional dibandingkan dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh virus. Ketakutan telah meningkat tajam dalam dua minggu terakhir, dan menjadi sulit untuk menawarkan berita yang meyakinkan tanpa menyampaikan harapan palsu yang dapat menempatkan orang yang rentan dalam bahaya." katanya dalam sebuah artikel yang diposting di Psychology Today, Selasa.

Lebih lanjut, Veissière menjelaskan bahwa wabah corona ternyata punya banyak sisi baik. Salah satunya adalah fakta bahwa ada sangat banyak pasien sembuh dari wabah yang telah diumumkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu. Saat ini 82.813 orang telah dinyatakan sembuh dari pandemi itu di seluruh dunia.

Selain itu, berikut beberapa hal baik lain yang tersembunyi dari COVID-19:

1. Meningkatkan kewaspadaan dan rasa syukur

Menurut Veissière, penyakit dan hal-hal buruk selalu memicu serangkaian peristiwa positif yang tidak terduga.

"Pertama, mereka cenderung menyalurkan perhatian kita pada hal-hal yang biasanya kita anggap remeh. Secara paradoks, kita biasanya tidak akan menaruh perhatian, menghargai atau mengingat sesuatu sampai hal itu hancur atau hilang dari kita," jelasnya.

Veissière mengutip pengidap asma sebagai contoh. Menurutnya orang yang tahu sulitnya bernapas akan sangat menghargai udara dan sistem pernapasan yang sehat. Sama halnya dengan mereka yang tidak memiliki kaki, maka akan sangat menghargai kebebasan bergerak.

"Ketidakmampuan untuk bergerak dengan mudah juga dapat memicu lahirnya banyak teman dan kerabat yang menawarkan untuk membantu mengantarkan ke suatu tempat atau membawakan barang belanjaan. Dari kecelakaan kecil inilah kita jadi ingat orang yang kita cintai,"

"Penyakit dan kecelakaan juga merupakan berkah karena menyatukan keluarga, teman, dan komunitas."

Dalam hal COVID-19, Veissière menjelaskan bahwa banyaknya berita buruk mengenai virus ini di media telah membuat umat manusia lebih memperhatikan kesehatan dan mensyukuri kebaikan yang ada pada tubuh masing-masing pribadi.

"Kita lebih sadar, dan bersyukur atas rantai kompleks dari produksi, pasokan, pemeliharaan, dan perawatan yang tanpanya masyarakat kita tidak bisa hidup. Yang paling penting, kita sekarang diingatkan bahwa kita memiliki, dan bahwa kita adalah, masyarakat global. Menjaga satu sama lain adalah hal yang memungkinkan spesies kita untuk bertahan hidup dan berkembang melawan segala rintangan.

"Dengan mengingat bahwa hidup kita secara intrinsik terhubung, dan dengan memperhatikan kerapuhan dunia yang kita terima begitu saja, kita juga diingatkan betapa berharganya kita dengan satu sama lainnya."

2. Mempererat persaudaraan

Menurut Veissière, semenjak COVID-19 muncul, banyak negara-negara di dunia mulai gotong-royong, bekerja sama dengan negara lainnya di belahan dunia. Bahkan, bukan hanya dalam skala besar, di antara individu, tingkat kepedulian terhadap sesama juga makin tinggi.

Contohnya adalah banyak orang rela membantu orang lain mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi mereka yang lemah, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Juga, terhadap musuh, sebagaimana yang terjadi dengan Israel dan Palestina.

"Karena kita semua berfokus pada hal-hal yang paling penting, pentingnya koordinasi dan kerja sama telah menjadi kenyataan lagi." kata Veissière.

"Pada skala yang jauh lebih besar, pemerintah dunia sekarang mengoordinasikan tindakan pencegahan dengan tingkat kerja sama yang belum pernah terlihat sebelumnya. China telah mengerahkan dokter dan ahli kesehatan masyarakat untuk membantu Italia dengan krisis yang sedang berlangsung. Warga Israel dan Palestina bersatu untuk memerangi epidemi. Pemerintah di seluruh dunia menerapkan langkah-langkah ekonomi untuk membantu mereka yang rentan secara ekonomi."

3. Memperluas batasan psikologi

Veissière mengatakan, bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas spontan di antara orang asing. Namun, itu semua terjadi melalui berbagai ujian atau bencana. Sebab pada masa lalu kemunculan pandemi atau bencana kerap kali memicu lahirnya xenophobia, diskriminasi, konflik, dan persaingan untuk sumber daya.

"Tetapi manusia tampaknya telah belajar dari kesalahan masa lalu." katanya.

"Ancaman pandemi, bagaimanapun - aktual atau yang dirasakan - memanfaatkan semua bias kognitif yang tepat. Karena banyak dari mekanisme psikologis dan norma sosial kita berevolusi bersama dengan patogen dan penghindaran infeksi, pemikiran pandemi memberikan peluang yang menarik, intuitif, dan mengubah hidup untuk merestrukturisasi perhatian, prioritas, dan koalisi kita. Karenanya, pandemi menawarkan peluang nyata untuk menyatukan seluruh umat manusia untuk melawan ancaman nyata, dan tanpa terlibat dalam aksi kesukuan, rasis, atau eksklusi."

4. Memberi jeda

Hal baik lain yang datang dari wabah COVID-19 adalah membantu kita mengambil jeda dari kerja keras dan produktivitas berlebih, kata Veissière. Sebab, wabah ini telah membuat banyak orang terpaksa harus mengkarantina diri, tidak perlu bekerja keluar rumah, tidak bisa melakukan perjalanan ke luar kota atau bahkan luar negeri.

Di saat-saat seperti ini juga banyak orang mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat, menjalankan hobi, hingga merawat diri dan berkumpul bersama orang-orang terkasih. Di mana pada akhirnya membuat manusia lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, dan mengurangi tingkat stress.

"Dari kesehatan mental yang buruk hingga polusi dan polarisasi yang meningkat, sudah menjadi bukti bahwa kecanduan masyarakat kita terhadap produksi berlebih, konsumsi berlebihan, dan pencapaian individu adalah bencana kesehatan masyarakat, politik, dan lingkungan.

"Ketika langkah-langkah jarak sosial (social distancing) sedang dilaksanakan di seluruh dunia, ada peningkatan tajam dalam kualitas udara yang menyelamatkan jiwa terjadi mulai dari di China sampai Italia, dengan emisi karbon mencapai titik terendah baru setiap hari karena berkurangnya perjalanan udara."

"COVID-19 juga mengingatkan kita bahwa tatanan sosial yang dulu membuat kita kuat telah hancur, dan menunjukkan kepada kita cara untuk memperbaikinya." jelasnya.

5. Menyadarkan pentingnya seseorang dan hubungan

Veissière mengatakan, di saat orang diisolasi, mereka akan mulai memikirkan orang-orang yang tidak ada di sekitar, seperti teman, kerabat, keluarga, hingga rekan kerja. Dari sini, mereka akan mempelajari pentingnya untuk tetap menjadi terhubung dengan orang-orang di luar sana sembari memastikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

"Ada waktu untuk segala sesuatu di bawah matahari ... ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Sulit untuk menerima bahwa hal terpenting dan bermanfaat yang dapat kita lakukan saat ini adalah tetap di rumah. Tapi kita melakukan itu untuk menyelamatkan hidup dan saling menjaga satu sama lain."

"Mari kita bersyukur bahwa masa-masa sulit ini telah membawa kita lebih dekat bersama. Matahari akan terbit kembali."


Sumber : cnbcindonesia.com

image
Redaksi

Berbagi informasi Tlp/WA 082389169933 Email: redaksiporospro@gmail.com Pengutipan Berita dan Foto harap cantumkan porospro.com sebagai sumber tanpa penyingkatan


Tulis Komentar